Mengenal Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah

Mengenal Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah




Salah satu sudut ruang pamer di Museum Nasional yang membahas tentang situs Gilimanuk

Eastjourneymagz.com—Museum
Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah merupakan salah satu museum yang
terbaik di Indonesia. Museum itu telah berdiri melalui sejarah yang begitu
panjang. Dilansir dari laman museumnasional.or.id menjelaskan perjalanan Museum
Nasional sejak abad-18.




Dikatakan menjelang akhir abad ke-18, di Eropa tengah
terjadi revolusi intelektual (the age of
enlightenment)
dimana pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan mulai
berkembang. Pada tahun 1752 di Harlem, perkumpulan ilmiah Belanda bernama De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen
berdiri. 

Baca Juga: Kunjungi Museum Gajah, Museum Pertama dan Terbesar di Asia Tenggara

“Hal ini mendorong pemerintah Belanda di Batavia
mendirikan organisasi yang sejenis bernama Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG)
pada 24 April 1778,” tulis
keterangan tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan lembaga ini bersifat
independen dengan tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan
khususnya biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah.
Selain itu, BG juga menerbitkan hasil-hasil penelitian.

Semboyannya adalah “Ten
Nutte van het Algemeen”
yang berarti untuk kepentingan masyarakat umum.
Salah seorang pendiri lembaga ini, JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah
miliknya di jalan Kalibesar, yang pada masa itu merupakan kawasan perdagangan
penting di Batavia.

“Ia pun menyumbangkan koleksinya berupa benda-benda
budaya dan buku-buku. Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal-bakal berdirinya
museum dan perpustakaan,” jelas keterangan tersebut.




Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816),
Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan pembangunan gedung
baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society
(dulu disebut gedung “Societeit de
Harmonie”
). 

Baca Juga:  Ini Spot yang Paling Diincar di Puru Kambera Sumba, Mirip Australia hingga Afrika



Menurut keterangan tersebut alasan pembangunan gedung
baru ini tak lain karena rumah di jalan Kalibesar sudah penuh dengan berbagai
koleksi. Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat
ini berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan.

Replika Arca di Museum Nasional

Koleksi
Terus Meningkat

Dari masa ke masa, jumlah koleksi milik BG terus
meningkat sampai pada akhirnya museum di jalan Majapahit tidak dapat lagi
menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan
untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan
Medan Merdeka Barat No. 12 (dahulu disebut Koningsplein
West
).

Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya
dibangun gedung Rechst Hogeschool atau “Sekolah Tinggi Hukum”. (pernah dipakai
untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen
Pertahanan dan Keamanan).

“Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun
1868. Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya
penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena
di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja
Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada
tahun 1871,” beber keterangan tersebut.




Mengenai penyebutan nama tersebut kadang kala disebut
juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai
jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode. 

Baca Juga: Lebih Dekat Dengan Kuda-Kuda Liar di Savana Puru Kambera di Tanah Sumba

Pada tahun 1923
perkumpulan ini memperoleh gelar “Koninklijk” karena jasanya dalam bidang
ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga
Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu,
sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan
yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan
negeri-negeri sekitarnya”.

Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia
maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan
pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum
Pusat. 

Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya
menjadi Museum Nasional.

“Hingga saat ini Museum nasional menyimpan 160.000an
benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi Prasejarah,
Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi,
Geografi dan Sejarah.”

Kompleks Museum Nasional dibangun di atas tanah seluas
26.500 meter persegi dan hingga saat ini mempunyai 2 gedung. Gedung A digunakan
untuk ruang pamer serta penyimpanan koleksi. Sedangkan Gedung B, dikenal pula
dengan sebutan Gedung Arca, yang dibuka secara resmi pada tanggal 20 Juni 2007
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selain digunakan untuk pameran juga
digunakan untuk kantor, ruang konferensi, laboratorium dan perpustakaan.

Sumber: https://www.museumnasional.or.id

Ket: Semua Foto Dokumen Museum Nasional Republik Indonesia 

Artikel Pilihan

 
 
 



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *