
Menanti Pulihnya Pukulan Wuhan Untuk Wisata Indonesia

Eastjourneymagz.com–Pemerintah Indonesia saat ini sudah mulai menjalankan protokoler normal baru. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) telah berubah menjadi PSBB transisi.
Untuk itu pemerintah sudah mulai berani membuka berbagai sektor termasuk sektor wisata. Pemerintah sedang berusaha membalikan keadaan wajah wisata dalam negeri. Pembalikan keadaan ini sembari mempertimbangkan protokol normal baru yang akan menekan risiko penyebaran covid 19.
Sebelumnya selama covid 19 menyebar ke seluruh negeri sektor wisata yang lagi moncer tiba-tiba ambruk. PSBB menuntut berbagai usaha di bidang wisata ditutup.
Bayangkan, tiba-tiba birowisata harus ditutup, rute travel, hotel-hotel, bisnis makan dan minuman, tempat hiburan malam hingga tempat-tempat wisata ditutup. Para pekerja di bidang wisata harus menelan pil pahit dengan work from home dan glombang PHK besar-besaran.
Mengembalikan Kejayaan Sektor Wisata
Sebelum wabah yang berasal dari Wuhan, China ini melanda tanah air, wisata Indonesia begitu moncer. Sektor wisata bahkan terus meningkat setiap tahun dan pemerintah Indonesia mendukung dengan berbagai program dan kebijakan di sektor wisata.
Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah mulai serius di sektor pariwisata. Pemerintah mulai membangun kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) super prioritas.
Dalam menyukseskan 5 destinasi super prioritas tersebut Presiden Joko Widodo meminta untu menyuntikan anggaran tambahan sebanyak Rp 6,4 triliun untuk. Adapun lima wilayah super prioritas yang menjadi target investasi ini yakni Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Keseriusan pemerintah melakukan investisi di sektor wisata mengingat pertumbuhan sektor ini terus berkembang setiap tahun. Pemerintah sangat optimis mengingat sektor wisata sangat mendongkrak devisa Negara.
Dari data Kemenpar sejak tahun 2014 menunjukan peningkatan signifikan. Pada tahun 2014 sektor wisata menyumbang sebesar US$ 11,16 miliar terhadap devisa negara, sementara di tahun 2015 menyumbang sebesar sebesar US$ 12,23 miliar, di 2016 terjadi penambahan menjadi US$ 13,46 miliar, dsedangkan di tahun 2017 menyumbang sebesar US$ 15.24 miliar, US$ 19,29 miliar pada tahun 2018 dan hampir US$ 20 di tahun 2020.
Peningkatan di sektor wisata didorong oleh minat wisman yang terus berdatangan ke Indonesia. Mereka mengincar berbagai destinasi yang ada di seluruh tanah air dan masuk melalui berbagai pintu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mengungkapkan kedatangan wisaman dari tahun 2015 hingga 2019 terus meningkat tajam. Pada tahun 2015 sebanyak 10,41 juta wisman, tahun 2016 bertambah lebih dari 2 juta wisman menjadi 12,01 juta orang.
Sementara pada tahun 2014 terus bertambah 2 juta kunjungan wisman menjadi 14,04 juta. Pada tahun 2018 meningkat hanya lebih dari 1 juta menjadi hanya 15,81 juta. Tercatat ada 16,11 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019
Berdasarkan data World Travel & Tourism Council, pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat tumbuh dengan menempati peringkat ke-9 di dunia, nomor tiga di Asia, dan nomor satu di kawasan Asia Tenggara. Capaian di sektor pariwisata itu juga diakui perusahaan media di Inggris, The Telegraph, yang mencatat Indonesia sebagai “The Top 20 Fastest Growing Travel Destinations”.
World Economy Forum (WEF) mencatat bahwa Indonesia terus naik peringkat di sektor wisata bila dibandingkan dengan Negara lain di dunia. Indonesia bahkan menduduki posisi yang unggul di Asia dan Asia tenggara bersama beberapa Negara yang lain.
Dalam laporan World Economic Forum (WEF) berjudul “The Travel & Tourism Competitiveness Report 2019” mencatat bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 40 pada 2019 dan 42 pada tahun 2018. Indonesia meraih scor daya saing wisata di angka 4.3.
Meski demikian Indonesia masih kalah jauh dari Negara tetangganya seperti Singapura yang berada di posisi ke 17, Malaysia berada di posisi 29, dan Thailand berada di posisi 31 dunia
Optimisme
Di awal tahun 2020 merupakan permulaan yang begitu berat bagi sektor pariwisata. Wabah corona terpaksa membuat sektor wisata harus kehilangan jutaan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.
BPS mencatat sejak Januari hingga Maret tahun 2020 ini tercatat sebanyak 2,61 juta kunjungan wisaman ke Indonesia melalui berbagai pintu. Jumlah kunjungan ini menurun hingga 30,62 % kalau dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 16,11 kunjungan.
Penurunan angka wisatawan ini karena pemerintah menutup beberapa penerbangan, memberlakukan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), Social Distancing dan Work From Home. Kebijakan ini memaksa kantor pemerintah dan sewasta ditutup, hotel-hotel dan restaurant ditutup. Selain itu seiring dengan meningkatnya pasien corona di tanah air, beberapa tempat umum termasuk tempat wisata juga turut ditutup oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona.
Lantas apakah sektor wisata sudah mati? Hingga saat ini pukulan telak virus corona membuat pengusaha wisata harus mengurungkan niat berinvestasi. Berbagai tempat usaha yang terkait dengan kegiatan wisata turut ditutup bahkan karyawan atau pekerja wisata turut terancam dirumahkan.
Meski demikian New Normal membawa pemulihan baru dan optimism bagi sektor wisata. Hal ini tentu didukung dengan komitmen dari pengusa wisata dan berbagai stakeholder yang terkait. Dalam hal ini adalah untuk terus memperhatikan protokoler pemerintah terkait covid 19.
Pengusaha wisata bersama seluruh stakeholder mengerahkan seluruh SDM nya untuk lebih pekah dengan kondisi mewabahnya covid 19 ini. Hal yang pasti adalah kehadiran New Normal ini akan membawa budaya baru di dalam berwisata yang pelan-pelan harus dilakukan sebelum ditemukan vaksin covid 19.
Dengan komitmen ini akan menyembuhkan luka bagi sektor wisata dari benturan keras oleh virus corona ini. Satu-satunya adalah hanyalah prilaku wisatawan dan pelaku wisata yang mesti sungguh-sungguh memperhatikan cara baru dan gaya baru dalam berwisata dan harus ke luar dari peradaban lama.