Ritual Pengorbanan Suku Dongria Kondh di India, Berawal dari Korban Manusia
Eastjourneymagz.com–Di tengah-tengah pegunungan Niyamgiri, di negara bagian Odisha, India, terdapat komunitas suku yang hidup dengan harmoni mendalam dengan alam.
Mereka dikenal sebagai suku Dongria Kondh. Suku ini tidak hanya terkenal karena cara hidupnya yang selaras dengan lingkungan sekitar, tetapi juga karena ritual pengorbanannya yang unik dan sakral.
Suku Dongria Kondh mempraktikkan sebuah tradisi pengorbanan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini dikenal sebagai “Meriah.”
Dalam konteks kehidupan suku yang agraris, ritual ini memainkan peran penting dalam memastikan kesejahteraan dan kesuburan tanah mereka.
Meriah, dalam arti literal, berarti “pengorbanan” dan merupakan simbol penghormatan mereka terhadap dewa-dewa alam yang mereka yakini menjaga keseimbangan ekosistem.
Ritual Meriah dimulai dengan persiapan yang hati-hati dan penuh rasa hormat. Para tetua suku, yang bertindak sebagai pemimpin spiritual, akan memilih seekor hewan untuk dikorbankan.
Hewan yang dipilih biasanya adalah kerbau, tetapi dalam beberapa kasus, kambing atau ayam juga bisa dipakai.
Hewan-hewan ini diperlakukan dengan sangat baik dan diberi makan dengan cukup sebagai tanda penghormatan sebelum akhirnya dipersembahkan dalam ritual.
Pada hari ritual, seluruh komunitas berkumpul di tempat suci yang telah ditentukan. Tempat ini biasanya berada di puncak bukit atau di dekat pohon besar yang dianggap sakral.
Prosesi dimulai dengan nyanyian dan tarian yang diiringi alat musik tradisional. Suara drum dan gemerincing lonceng menciptakan suasana magis yang menghubungkan mereka dengan roh-roh leluhur dan dewa-dewa alam.
Hewan yang akan dikorbankan dihiasi dengan bunga dan warna-warni alami, menunjukkan keindahan dan kesucian saat-saat terakhirnya.
Saat waktu pengorbanan tiba, pemimpin spiritual akan melafalkan doa-doa kuno dan meminta restu dari dewa-dewa untuk memastikan bahwa pengorbanan tersebut diterima.
Proses pengorbanan ini dilakukan dengan penuh penghormatan dan kesakralan, tanpa adanya unsur kekerasan yang tidak perlu.
Darah dari hewan yang dikorbankan dianggap suci dan dipercikkan ke tanah sebagai simbol pemberian kembali kepada ibu pertiwi.
Suku Dongria Kondh percaya bahwa dengan melakukan pengorbanan ini, mereka memastikan bahwa tanah mereka tetap subur dan memberikan hasil panen yang melimpah.
Daging hewan yang dikorbankan kemudian dibagikan di antara anggota komunitas sebagai bentuk perayaan dan rasa syukur.
Ritual Meriah bukan hanya tentang pengorbanan semata, tetapi juga tentang memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.
Ini adalah waktu ketika seluruh suku berkumpul, berbagi cerita, dan merayakan kehidupan bersama.
Anak-anak belajar tentang tradisi mereka, dan nilai-nilai kekeluargaan serta rasa hormat terhadap alam ditanamkan pada generasi berikutnya.
Namun, praktik pengorbanan ini juga menghadapi tantangan dari dunia modern. Kelompok-kelompok hak asasi hewan dan aktivis lingkungan sering kali memandang ritual ini sebagai tindakan kekerasan terhadap hewan.
Mereka menuntut agar tradisi ini diakhiri atau diubah. Suku Dongria Kondh, di sisi lain, merasa bahwa ritual ini adalah bagian tak terpisahkan dari identitas mereka dan cara hidup mereka yang harmonis dengan alam.
Ritual Meriah suku Dongria Kondh adalah contoh bagaimana tradisi kuno dan kepercayaan lokal memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari komunitas.
Meskipun menghadapi tekanan dari perubahan zaman, suku ini tetap bertahan dengan cara-cara yang mereka yakini menjaga keseimbangan dan kelestarian alam.
Tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya rasa hormat terhadap alam dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem yang kita tinggali.
Bagi suku Dongria Kondh, Meriah adalah bentuk pengabdian dan penghormatan tertinggi terhadap kehidupan dan alam semesta yang mereka cintai.
Berawal dari Korban Manusia
Sejarah ritual pengorbanan suku Dongria Kondh memiliki akar yang mendalam dan kompleks.
Pada mulanya, pengorbanan dalam ritual Meriah bukan hanya melibatkan hewan, tetapi juga manusia.
Praktik ini merupakan bagian dari kepercayaan animisme yang kuat dalam komunitas suku tersebut.
Mereka meyakini bahwa pengorbanan manusia adalah cara paling efektif untuk menyenangkan dewa-dewa alam dan memastikan kesejahteraan komunitas mereka.
Pengorbanan manusia dalam ritual Meriah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan restu dari dewa-dewa gunung dan roh leluhur yang mereka percaya mengendalikan elemen-elemen alam.
Prosesnya melibatkan pemilihan seorang korban dari komunitas atau dari kelompok tawanan perang.
Korban diperlakukan dengan penuh penghormatan dan diyakini akan menjadi utusan yang menyampaikan doa dan harapan suku kepada para dewa.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pengaruh dari luar, praktik ini mulai ditinggalkan. Kedatangan penjajah Inggris di India pada abad ke-19 membawa perubahan besar.
Pemerintah kolonial menganggap pengorbanan manusia sebagai tindakan barbar dan tidak beradab. Pada tahun 1860-an, praktik ini secara resmi dilarang oleh hukum kolonial Inggris.
Setelah larangan ini, suku Dongria Kondh beralih ke pengorbanan hewan sebagai pengganti pengorbanan manusia.
Hewan-hewan seperti kerbau, kambing, dan ayam mulai digunakan dalam ritual Meriah. Meskipun bentuk pengorbanan telah berubah, esensi dari ritual ini tetap sama: sebuah upaya untuk menjaga hubungan harmonis dengan alam dan memastikan kesejahteraan komunitas.
Pengorbanan hewan menjadi simbol pengorbanan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, baik suku Dongria Kondh maupun hukum modern.