Upacara Ngaben Bali, Makna dan tujuan, pelaksanaan
Eastjourneymagz.com–Upacara Ngeben, juga dikenal sebagai upacara Ngaben, adalah salah satu ritual paling penting dalam budaya Bali.
Ngaben adalah upacara kremasi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali untuk mengantar roh orang yang meninggal menuju alam baka.
Upacara ini merupakan bagian integral dari kepercayaan dan tradisi Bali, yang menekankan pentingnya perjalanan roh menuju kehidupan setelah mati.
Makna dan tujuan upacara ini sangat dalam, dan pelaksanaannya melibatkan berbagai tahapan yang kaya dengan simbolisme dan ritual.
Ngaben adalah cara masyarakat Bali untuk menunjukkan penghormatan dan cinta mereka kepada orang yang telah meninggal.
Melalui upacara ini, keluarga yang ditinggalkan diharapkan dapat membantu roh almarhum untuk mencapai kesucian dan kebebasan.
Upacara ini juga menjadi momen bagi keluarga dan masyarakat untuk berkumpul, memperkuat ikatan sosial, dan saling mendukung dalam menghadapi kehilangan.
Makna dan Tujuan Upacara Ngaben
1. Makna Upacara Ngaben
Ngaben memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Hindu di Bali.
Upacara ini bertujuan untuk melepaskan roh dari ikatan duniawi dan membantu perjalanan roh menuju alam baka.
Dalam kepercayaan Hindu, tubuh manusia dianggap sebagai wadah sementara bagi roh, dan kematian adalah proses transisi menuju kehidupan yang lebih tinggi.
Melalui upacara Ngaben, roh almarhum diantar menuju kebebasan dan kesucian, serta siap untuk memasuki siklus reinkarnasi atau mencapai moksha (pembebasan dari siklus reinkarnasi).
Ngaben juga melambangkan penghormatan dan cinta kasih keluarga kepada almarhum.
Dengan melakukan upacara ini, keluarga menunjukkan bahwa mereka merelakan kepergian roh dan mendukung perjalanannya menuju alam baka.
Proses ini dianggap sebagai cara untuk membebaskan roh dari segala keterikatan duniawi dan membantu mencapai ketenangan abadi.
2. Tujuan Upacara Ngaben
Tujuan utama Ngaben adalah untuk membantu roh almarhum mencapai kebebasan dan kesucian.
Dalam ajaran Hindu, roh yang tidak dibebaskan melalui upacara kremasi dapat terjebak di alam antara dan mengalami penderitaan.
Oleh karena itu, Ngaben dianggap sangat penting untuk memastikan roh dapat melanjutkan perjalanannya dengan damai.
Upacara ini juga bertujuan untuk membersihkan dosa-dosa almarhum dan memutuskan ikatan dengan dunia material.
Selain tujuan spiritual, Ngaben juga memiliki tujuan sosial dan emosional.
Upacara ini menyediakan kesempatan bagi keluarga dan komunitas untuk berkumpul, saling mendukung, dan menguatkan ikatan sosial.
Ini adalah waktu untuk merayakan kehidupan almarhum, mengenang kenangan indah, dan memberikan dukungan emosional bagi mereka yang ditinggalkan.
Prosesi Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah salah satu ritual paling sakral dan panjang dalam tradisi Hindu di Bali.
Upacara ini dimulai dengan beberapa tahapan yang penuh makna dan simbolisme. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam prosesi Upacara Ngaben:
1. Ngulapin
Tahap awal dalam Upacara Ngaben adalah Ngulapin. Pada tahap ini, pihak keluarga melakukan ritual permohonan izin dan restu kepada Dewi Surga, yang dianggap sebagai sakti dari Dewa Siwa. Ritual ini dilakukan di Pura Dalem, tempat yang dianggap suci dan sakral.
2. Meseh Lawang
Setelah Ngulapin, dilanjutkan dengan upacara Meseh Lawang. Upacara ini bertujuan untuk memulihkan cacat atau kerusakan jenazah secara simbolis. Meseh Lawang dilakukan di catus pata (simpang empat) atau di bibir kuburan, tempat yang dianggap memiliki kekuatan spiritual untuk membersihkan dan memulihkan jenazah.
3. Mesiram atau Mabersih
Tahap berikutnya adalah Mesiram atau Mabersih, yaitu proses memandikan jenazah. Dalam beberapa kasus, jenazah yang dimandikan hanya berupa tulang belulang yang telah digali dari kuburan. Proses ini dilakukan di rumah duka atau di kuburan, dengan tujuan membersihkan jenazah secara fisik dan spiritual.
4. Ngaskara
Setelah jenazah dibersihkan, dilanjutkan dengan upacara Ngaskara. Upacara ini merupakan tahap awal penyucian jiwa jenazah. Melalui Ngaskara, keluarga berharap roh almarhum dapat dibebaskan dari dosa-dosa dan ikatan duniawi, sehingga dapat melanjutkan perjalanan menuju alam baka dengan tenang.
5. Nerpana
Tahap selanjutnya adalah Nerpana, yaitu upacara persembahan sesajen atau bebanten kepada jiwa yang telah meninggal. Persembahan ini merupakan bentuk penghormatan dan doa dari keluarga kepada almarhum, dengan harapan agar roh dapat diterima di alam baka dan diberkati oleh para dewa.
6. Ngeseng Sawa
Puncak dari prosesi Ngaben adalah Ngeseng Sawa, yaitu pembakaran jenazah. Jenazah yang akan dibakar diletakkan di dalam sebuah replika lembu yang disebut Petulangan. Petulangan ini berfungsi sebagai pengantar roh menuju alam roh, sesuai dengan perbuatan almarhum selama hidup. Prosesi pembakaran ini dilakukan di setra atau kuburan, disaksikan oleh keluarga dan kerabat.
7. Nuduk Galih
Setelah jenazah dibakar, dilakukan upacara Nuduk Galih. Pada tahap ini, keluarga mengumpulkan sisa-sisa tulang (abu) jenazah yang telah dibakar. Pengumpulan abu ini merupakan simbol dari upaya keluarga untuk menjaga kesucian dan kehormatan almarhum, serta memastikan bahwa roh telah dibebaskan dari dunia fana.
8. Nganyut
Prosesi terakhir dalam Upacara Ngaben adalah Nganyut, yaitu menghanyutkan abu jenazah ke laut. Tindakan ini melambangkan pengembalian unsur air kepada alam dan bersatunya kembali jiwa dengan alam semesta. Nganyut merupakan simbol dari pelepasan roh, memungkinkan roh untuk melanjutkan perjalanannya menuju kehidupan berikutnya atau mencapai moksha.
Jenis Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah salah satu ritual paling penting dalam agama Hindu di Bali, yang bertujuan untuk mengantar roh orang yang meninggal menuju alam baka.
Upacara ini memiliki beberapa jenis yang berbeda, tergantung pada berbagai faktor seperti usia orang yang meninggal atau situasi khusus yang menyertainya.
Perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi tata cara pelaksanaan Upacara Ngaben. Berikut adalah lima jenis Upacara Ngaben yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bali:
1. Ngaben Sawa Wedana
Ngaben Sawa Wedana adalah jenis Upacara Ngaben yang paling umum dan sering dilakukan.
Upacara ini dilaksanakan ketika jenazah masih memiliki tubuh fisik yang utuh. Jenazah akan dipersiapkan agar tidak membusuk sampai upacara kremasi dimulai.
Dalam Ngaben Sawa Wedana, jenazah dimandikan, diberi pakaian bersih, dan ditempatkan di atas tumpukan kayu untuk dibakar.
Prosesi Ngaben Sawa Wedana biasanya melibatkan banyak orang, termasuk keluarga dan kerabat dekat.
Setelah jenazah dibakar, abu yang tersisa akan dikumpulkan dan dihanyutkan ke laut atau sungai, melambangkan pembebasan roh menuju alam baka.
2. Ngaben Asti Wedana
Ngaben Asti Wedana dilakukan setelah jenazah dikubur untuk beberapa waktu.
Jenis upacara ini melibatkan penggalian kembali kuburan untuk mengambil sisa tulang-belulang dari jenazah.
Tulang-tulang yang diambil kemudian dibersihkan dan digunakan dalam upacara kremasi.
Proses Ngaben Asti Wedana dimulai dengan penggalian kuburan dan pembersihan tulang-belulang.
Tulang-tulang tersebut ditempatkan dalam wadah khusus dan kemudian dibakar dalam upacara kremasi. Abu yang dihasilkan kemudian dihanyutkan ke laut atau sungai, seperti dalam upacara Ngaben lainnya.
3. Ngaben Swasta
Ngaben Swasta adalah jenis Upacara Ngaben yang dilakukan tanpa jenazah fisik untuk dikremasi.
Ini bisa terjadi dalam situasi di mana jenazah tidak ditemukan atau hilang, seperti dalam kecelakaan pesawat atau peristiwa terorisme.
Dalam kasus ini, keluarga membuat replika jenazah menggunakan kayu cendana atau simbol lainnya, seperti lukisan atau foto almarhum.
Upacara Ngaben Swasta mengikuti tata cara yang serupa dengan Ngaben lainnya, dengan fokus pada simbolisme dan penghormatan terhadap roh almarhum.
Replika jenazah akan dibakar dalam upacara kremasi, dan abu yang dihasilkan dihanyutkan ke laut atau sungai.
4. Ngaben Ngelungah
Ngaben Ngelungah adalah jenis upacara yang dilakukan untuk anak-anak yang belum mencapai usia dewasa, khususnya anak-anak yang belum berganti gigi susu.
Biasanya, upacara ini dilakukan untuk anak-anak berusia sekitar 5-6 tahun.
Karena usia mereka yang masih muda, upacara Ngaben Ngelungah biasanya lebih sederhana dibandingkan dengan upacara Ngaben untuk orang dewasa.
Pelaksanaan Ngaben Ngelungah dimulai dengan persiapan jenazah anak, termasuk pemandian dan pemberian pakaian bersih.
Jenazah kemudian dibakar dalam upacara kremasi, dan abu yang dihasilkan dihanyutkan ke laut atau sungai.
5. Ngaben Warak Kruron
Ngaben Warak Kruron adalah jenis upacara yang dilakukan untuk bayi atau anak-anak yang masih sangat muda, biasanya berusia antara 3-12 bulan.
Upacara ini menyesuaikan dengan usia almarhum yang masih sangat kecil, dan sering kali lebih sederhana dibandingkan dengan upacara Ngaben lainnya.
Proses pelaksanaan Ngaben Warak Kruron mirip dengan upacara Ngaben lainnya, dimulai dengan persiapan jenazah, diikuti dengan ritual pembersihan dan pemberkatan.
Jenazah bayi kemudian dibakar dalam upacara kremasi, dan abu yang dihasilkan dihanyutkan ke laut atau sungai.