
Memburu Damai di Lembah Baliem Papua
![]() |
Festival Lembah Baliem/Foto Spesial |
Eastjourneymag.com– Pergilah ke Lembah Baliem, jika kamu punya waktu nanti. Di sana kamu tidak akan menemukan lembah di ketinggian saja tetapi juga suku-suku pedalaman Papua yang mendiami lembah ini.
Lembah Baliem menjadi rumah bagi tiga suku yakni Suku Dani, Lani dan Yali. Ketiganya hidup berdampingan namun memiliki masa lalu yang diwarnai perang dan persaingan antara suku.
Lembah ini berada di sekitar pegunungan Jayawijaya. Tampak begitu asri dan udara yang segar dengan pepohonan yang rimbun nan hijau. Suasana alamnya yang sangat tenang dan menjadi rumah berbagai margasatwa di dalamnya.
Karena inilah Lembah ini juga dikenal dengan sebutan Grand Baliem Valley. Ukurannya sekitar 80 km panjang dan lebar 20 km. Lembah Balie berada di ketinggian sekitar 1,600-1,700 m, dengan populasi sekitar 100.000 jiwa dan didominasi penduduk lokal.
Bila kamu ke tempat ini, kamu akan merasakan dingin yang luar biasa. Pada malam hari suhu di tempat ini bisa mencapai 10-15 derajat Celcius. Kamu harus menyiapkan baju dan selimut yang tebal jika ingin ke tempat ini.
Di sini kamu akan secara langsung merasakan kehidupan sehari-hari tiga suku asli yang mendiami tempat ini. Kamu bisa mempelajari cara mereka meramu makanan, memperlakukan tamu dengan ramah, memakai koteka dan rok rumbai.
Festival Lembah Baliem
![]() |
Sebuah Tarian dalam Festival Lembah Baliem |
Para Pelancong dari seluruh dunia biasanya memburu Festival Lembah Baliem yang diadakan tahunan ini. Festival ini diadakan setiap bulan Agustus seiring dengan haru jadi Republik Indonesia.
Acara ini dijalankan selama tiga hari dan melibatkan tiga suku yang mendiami tempat ini. Festival ini pada mulanya oleh pemerintah setempat untuk menghilangkan atau menghapus perang. Acara ini juga bisa memberi simbol rekonsiliasi atau perdamaian.
Perang ini kemudian diubah menjadi seni pertunjukan semacam teater kolosal. Skenario, musik dan tarian dilibatkan dalam Festival perang ini. Dikatakan skenario itu diadaptasi dari kisah perang atau persaingan antara suku.
Para pemain berperan sebagai kelompok antagonis dan protagonis. Perang akan dipicu oleh prilaku salah satu individu atau lebih misalnya pencurian perempuan atau hewan ternak babi.
Pertempuran yang sengit akan terjadi tak terelakan. Para aktor akan denga gagah memegang panah dalam pertempuran itu hingga ada yang terluka atau mati. Pada akhir cerita, nanti ada kesepakatan perdamaian.
Selain pertunjujkan perang Fwstival ini juga menghadirkan beragam keelokan tradisi setempat. Ada juga lomba kerapan babi dan pesta babi bakar selain itu tari-tarian juga akan diperagakan kala itu.
Berbagai kerajinan masyarakat lokal dipajang di stan yang sudah di sediakan. Kamu boleh tawar menawar kerajinan tangan ini untuk menjadi oleh-oleh buat kamu. Kalau kamu ke sana, saya pesan koteka satu.