5 Fakta Desa Adat Ratenggaro Mulai dari Kuburan Megalitikum hingga Pernah Terbakar
Kampung Adat Ratenggaro Sumba/Foto Spesial |
Eastjourneymagz.com– Di Indonesia banyak sekali desa adat yang mungkin belum banyak yang kamu ketahui. Salah satunya adalah yang ada di tanah Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa ini masi asri dan memiliki tatanan adat Sumba yang kuat.
Jika sebelumnya kamu hanya mengetahui Sumba dari lautnya saja dan keindahan padang Sabana di tempat ini, Saat ini saya menawarkan kampung Adat Ratenggaro yang terletak di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak Desa adat Ratenggaro dari Tambolaka ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya sejauh 56 kilometer.
Memasuki gerbang kampung ini kamu akan disambut dengan keramahan orang-orang Sumba. Di sana kamu akan menemukan ibu-ibu atau bapak-bapak yang sedang asik nginang atau nyirih. Sedang di halaman anak-anak sedang bermain.
Kamu juga akan menemukan beberapa gadis yang mungkin sedang menumbuk padi atau menampi beras. Suasana ini tentu saja sulit kamu dapat di kota-kota besar.
Saya mengumpulkan beberapa fakta yang perlu kamu ketahui tentang Desa Adat Ratenggaro.
Orang Pertama yg tinggal di kampung Adat ini
Setiap kampung tentu saja memiliki nama. Nama-nama itu juga memiliki keunikan masing-masing yang bahkan memiliki makna tersendiri. Kampung Ratenggaro-pun demikian. Ternyata nama kampung ini diambil dari nama orang pertama yang mendiami kampung ini. Kata rate sendiri berarti kuburan sedangkan nggaro atau Gaura merupakan nama orang yang pertama mendiami kampung itu. Dikatakan kuburan Megalitikum di sini memberi gambaran bahwa ia juga dikuburkan di tempat ini.
Kuburan zaman Megalitikum
Kubura Megalitikum/Foto Spesial |
Bila kamu masuk ke kampung ini, kamu juga akan menemukan banyak kuburan batu tua dengan jumlah 304 buah. Menariknya batu-batu ini ternyata sudah ada di sana sejak zaman megalitikum 4.500 tahun silam. Maka bisa dipastikan penghuni pertama kampung ini sudah hidup di zaman megalitikum tersebut. Batu-batu ini juga memiliki ukuran yang besar dan hanya bisa diangkat oleh banyak pria dewasa.
Soal kubur-kubur tua tersebut masyarakat di kampung ini meyakini ada enam titik yang dikeramatkan dimana merupakan pusara pendiri Ratenggaro yakni gaura dan Isterinya Mamba dan kemudian terdapat empat buah tugu lainnya.
Masyarakat setempat sangat mengormati leluhur tersebut dan memberi penghormatan dalam upacara adat khusus. Mereka juga sangat menjaga kuburan-kuburan tersebut sebagaimana mereka menjaga leluhur mereka.
Kepercayaan Marapu
Masyarakat setempat memikiki kepercayaan merapu yakni memegang erat pemujaan kepada para leluhur. Kepercayaan ini merupakan bentuk kepercayaan animisme. Struktur bangunan rumah masyarakat kampung adat ini memiliki kaitan dengan roh leluhur.
Rumah adat Sumba pada merupakan rumah panggung dengan ciri khas atap yang tinggi hingga 30 meter dimana paling tinggi dari seluruh rumah adat yang ada di Sumba. Atap yang tinggi selain saja memberi simbol sosial tetapi juga sarana pemujaan.
Acara Adat Sumba/Foto Spesial |
Terdapat Empat Rumah Sakral.
Dari sekian rumah yang ada di kampung adat ini terdapat empat rumah yang sakral diantaranya Uma Katode Kataku dan Uma Kalama (sebagai simbol dari ibu) serta Uma Katode Kuri dan Uma Katode Amahu (sebagai simbol dari saudara ayah dan ibu). Posisi rumah-rumah ini mewakili empat penjuru mata angin dan letaknya saling berhadapan.
Posisi Rumah tidak pernah berubah meski pernah terbakar
Posisi rumah di kampung adat ini sangat sakral sehingga tidak pernah diubah posisinya. Selain itu jumlah juga tidak pernah berubah meski pernah terbakar hingga tiga kali. Kali pertama terbakar pada tahun 1964 akibat lontaran anak panah karena persaingan kampung, kemudian di tahun yang sama terjadi lagi di tengah pesta adat. Terakhir kali terbakar tahun 2004.