Lihat Keindahan yang Memukau Rumah Adat di Nusa Tenggara Timur

EATJOURNEY- Rumah merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam masyarakat adat, Rumah adat adalah bangunan yang memiliki kekhasan sebagai tempat tinggal oleh suatu suku atau lebih. Rumah adat itu sendiri sebagai representasi budaya tertinggi dari suku atau masyarakat tertentu.
Nusa Tenggara Timur memiliki banyak suku seperti Suku Alor, Suku Atoni, Suku Bajawa, Suku Ende, Suku Kemang, Suku Lamaholot, Suku Manggarai, Suku Ngada, Suku Rote, Suku Sumba. Suku-Suku ini merupakan suku-suku besar dan terdapat sub suku atau clan di dalam Suku masing-masing.
Masing-masing suku tersebut memiliki rumah adat yang unik. Di dalam rumah adat inilah sebagai bagian yang paling integral dari suku-suku ini. Di dalam rumah adat segala persoalan diselesaikan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Mulai dari pembagian tanah, soal hukum adat, ritus-ritus adat, mengatur perkawinan hingga kematian. Berikut ini beberapa rumah adat NTT yang dirangkum oleh Eastjourney.
Mbaru Niang Rumah Adat Suku Manggarai
Mbaru Niang bebentuk krucut dan memiliki lima lantai dengan ketinggian lebih dari 15 meter. Bagian atap rumah adat ini dibuat dari ijuk pohon enau. Biasanya terbuat dari kayu worok dan bambu dan dibangun tanpa paku. Tali rotan yang kuat dan tali ijuk akan mengikat simpul-simpul kayu. Di dalamnya tinggal 5 hingga enam keluarga, biasanya perwakilan sub suku atau clan.
Rumah Adat Langwah Suku Alor
Rumah adat Langwah merupakan rumah adat suku Alor dengan atap dari alang-alang dengan sistem dua air. Bagian bawa rumah itu terdapat tempat menyimpan air. Dinding-dindingnya terbuat dari bamboo dan tiang-tiang penyanggah terbuat dari kayu. Rumah ini sebagai pusat adat, tempat tinggal dan menyimpan benda-benda pusaka seperti gong, moko dan lain-lain. Rumah adat ini juga tempat berlangsungnya pernikahan hingga persoalan adat.
Rumah Adat Sa’o Suku Ngada
Rumah adat Suku Ngada atau Sa’o bentuknya rumah panggung dan terbuat dari kayu. Beberpa rumah adat terkenal seperti di beberapa kampung diantaranya Kampung Adat Bela, Kampung Adat Bena, Kampung Adat Gurusina dan Kampung Adat Tololela. Rumah adat ini merupakan pusat kegiatan adat dan tempat tinggal.
Rumah Adat Rote
Rumah adat Rote terbentuk sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar. Atapnya terbuat dari alang-alang, daun kelapa atau dau pohon lontar. Tiang-tiangnya dan penyanggah terbuat dari bahan kayu. Dinding rumah juga diambil dari batang daun pohon kelapa (pelepah) yang biasa disebut kayu bebak. Juga menggunakan papan kayu, papan batang kelapa atau papan batang pohon lontar. Pada umumnya menggunakan pelepah dan lantai rumah masih lantai tanah.
Rumah Adat Mosalaki Ende
Sebagaimana rumah adat yang lainya rumah adat Mosalaki juga memiliki striktur yang paling rumit. Struktur rumah adat ini mulai dari struktur bagian bawa berupa pondasi kuwu lewa dan Struktur Maga. Struktur bagian atas mencakup Struktur Wisu dan Struktur Atap. Rumah adat ini berbentuk panggung dengan tiang-tiang penyangga dari bila kayu dana tap menggunakan alang-alang. Selain itu terdapat juga Rumah adat Sao Ata Mosa Lakitana yang seringkali disamakan dengan rumah adat Mosalaki padahal berbeda. Sao Ata Mosa Lakitana mempunyai bentuk seperti bulat telur dan tanpa tiang. Di dalam rumah adat terdapat suatu tempat suci untuk arwah nenek moyang yang pada saat-saat tertentu diberi sesajen.
Uma Mbatangu Rumah adat suku Sumba
Rumah ini sering dikenal rumah berpuncak karena rumah adat Sumba memiliki puncak yang tinggi pada atap dan hubungan kuat dengan roh-roh atau merapu. Terdapat dua rumah adat sumba. Rumah adat Uma Mbatangu dari Sumba Timur yang memiliki puncak tinggi di bagian tengah. Rumah adat ini berpusat kepada roh-roh nenek moyang. Atapnya terbuat dari alang-alang. Rumah adat lainnya dengan puncak yang paling besar disebut Uma Bungguru. Rumah adat ini biasa untuk upacara persatuan dan kesatuan klan seperti upacara pernikahan, pemakaman dan upacara adat lainnya. Rumah adat ini juga untuk tempat tinggal bagi tetua-tetua adat. Sedangkan rumah adat lainnya uma kamadungu atau rumah botak. Rumah adat ini tidak memiliki puncak tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post BMKG: Gempa M 5 Terjadi di Labuan Bajo Hingga Ruteng
Next post Tenyata Wisatawan Asing Terkena Dampak Polemik RKUHP