Daripada Pangku Kaki Saja, Mari Belajar dari Sang Gembala Babi dari NTT yang Omzetnya Hingga Miliaran
Reinold bersama babi yang ia ternak/ Foto Kompas |
Eastjourneymagz.com– Kesuksesan seseorang tidak harus dilihat sitinggi apa pendidikannya. Salah satunya adalah Reinold seorang pemuda yang berasal dari Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam wawancaranya dengan Kompas ia menyingkap rahasia suksesnya tinggal di kampung.
Ia mendapatkan keuntungan miliyaran rupiah dari keuletannya menjadi peternak babi. Semenjak berhenti dari kuliah, di dalam pikirannya ia harus menjadi seorang peternak babi yang sukses.
Berikut beberapa point yang diambil oleh Eastjourney dari pengalaman pemuda asal Flores ini kita pelajari.
Mengusir Gengsi dari pikiran, jadi bahan gosip, anggaplah angin lalu
Seperti biasa, pada umumnya masyarakat menilai pekerjaan yang dianggap luar biasa adalah orang-orang berdasi (kupu-kupu). Orang-orang yang penampilannya kotor dianggap sampah masyarakat.
Menurut Reinold dalam mengerjakan sesuatu terutama berbisnis bukan soal berapa jumlah modal akan tetapi keuletan dan mental yang baja. Ini adalah obat kuat yang memberi nutrisi pada bisnis yang digeluti.
“Dalam menjalankan usaha ini tidak hanya soal modal tapi Keuletan dan mental baja. Artinya, tidak peduli dengan pandangan dan perkataan orang terhadap pekerjaan yang digeluti. Apalagi saat kegagalan menghampiri,” kata dia.
Belajar dari kegagalan, terus bersyukur, jangan malu dengan tetangga
Reinold mengisahkan belajar dari kegagalan sangatlah penting bahkan saat merasa gagal menjadi penentu untuk sukses atau tidak. Ia juga mengalami kegagalan dalam menjalani karirnya sebagai peternak.
Ia menuturkan pengalaman pahit itu dialami pada tahun 2016. Di luar dugaannya sebagian induk dan anak babi kena penyakit huklera. Akibat penyakit tersebut terdapat 5 induk dan puluhan anak babi yang mati.
“Saat itu sempat kecewa dan putus asa. Tetapi tetap bersyukur. Yang penting ada hasil. Saya selalu berpikir positif, setiap usaha pasti ada jatuh bangunnya. Pernah juga saya kerja sendiri. Urus makan dan bersihkan kandang. Tetapi, intinya tetap semangat dan tidak kehilangan harapan,” curhat Renold.
Dicap Gila Karena Mengambil Resiko
Mungkin kalau saya diposisi teman-teman Renold saya juga akan menca dia gila. Bagaimana tidak demi menjadi seorang peternak babi, ia rela meninggalkan bangku kuliahnya.
“Teman-teman saya sempat menyebut saya gila karena memilih jadi peternak babi daripada pegawai kantoran,” jelasnya.
Dibalik cemoohan sahabat-sahabatnya tersebut ia memiliki tekad untuk menjadi peternak babi yang sukses. Ia melepaskan skripsi dan serius untuk memulai usahanya menjadi peternak babi.
“Pada bulan November 2014, saya memutuskan berhenti kuliah. Skripsi saya lepas. Saya pulang Maumere. Alasannya, saya bosan kuliah. Itu saja,” kata dia.
Berani membaca peluang yang ada
Reinold mengisahkan selepas minggat dari kampus tanpa tedeng aling ia membaca peluang di daerahnya. Ia melihat prospek ternak babi di Maumere sangat bagus dan menjanjikan.
Menurutnya babi merupakan salah satu jenis ternak yang sangat penting di wilayahnya mengingat sebagian besar masyarakat mengonsumsi babi untuk berbagai keperluan.
“Acara apa saja di Maumere pasti butuh babi. Saya putuskan untuk ternak babi. Daripada tidak ada kerja,” kata Reinold.
Simak Bagaimana dia memulai usaha
Reinold mengakui, bermodalkan nekad ia beranikan diri mengajukan pinjaman uang ke Bank Nasional Indonesia (BNI) cabang Maumere. Modal tersebut digunakannya untuk membeli babi.
Dengan uang tersebut awalnya ia membeli 28 ekor babi betina dan 2 jantan. Dari puluhan induk itulah pelan-pelan menghasilkan ratusan ekor babi seperti sekarang ini.
Dalam hitungan dari peternakan babi ini, ia telah meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah. Ia bahkan mengakui omzetnya pernah mencapai miliaran rupiah meski masih dalam hitungan kotor.
“Satu ekor babi kan dijual Rp 1 juta. Pada tahun 2017 pernah hasil Rp 1 miliar. Sebelum dan sesudah, hasilnya Rp 700 juta dan Rp 800 juta. Tetapi, itu bukan hitung bersih. Kita kan beli pakan, vaksin, obat, dan gaji karyawan. Kalau bersih, ya sekitar Rp 500 juta,” kata Renold
kunjungin kampus terbaik di sumatera utara :
https://www.uma.ac.id/