
Setelah Berhasil Diretas, Kemana Hacker Membawa Data-Data Kita, untuk Tujuan Apa?
Eastjourneymagz.com–Ketika seorang hacker berhasil menembus sistem keamanan dan mencuri data, pertanyaan yang muncul adalah, kemana data tersebut akan dibawa dan untuk tujuan apa?
Hacker memiliki berbagai motivasi dan tujuan berbeda yang mendorong mereka melakukan aksi ilegal ini.
Mulai dari keuntungan finansial, kepentingan politik, hingga sekadar mencari pengakuan di komunitas mereka, data curian dapat menjadi aset berharga yang dimanfaatkan dengan berbagai cara.
Dark web, jaringan internet yang hanya dapat diakses menggunakan perangkat lunak khusus untuk menjaga anonimitas, menjadi tempat favorit bagi hacker untuk menjual data curian.
Di sini, informasi pribadi seperti nomor kartu kredit, data login, dan informasi medis diperjualbelikan dengan harga yang bervariasi.
Selain dark web, data juga bisa digunakan untuk pemerasan, di mana hacker mengancam untuk merilis informasi sensitif kecuali sejumlah uang dibayarkan.
Tidak hanya itu, data yang dicuri juga sering kali diserahkan kepada pihak ketiga atau negara tertentu, digunakan untuk kampanye disinformasi, atau bahkan dipakai untuk melancarkan serangan lebih lanjut.
Pemahaman tentang berbagai kemungkinan ini membantu kita menyadari betapa berbahayanya data yang jatuh ke tangan yang salah, serta pentingnya menjaga keamanan informasi secara menyeluruh.

1. Dijual di Dark Web
Dark web adalah salah satu tempat utama di mana hacker menjual data curian.
Dark web merupakan bagian tersembunyi dari internet yang membutuhkan perangkat lunak khusus seperti Tor untuk mengaksesnya, memberikan anonimitas bagi penggunanya.
Di sini, berbagai jenis data pribadi, mulai dari informasi kartu kredit, kredensial login, hingga data medis, dijual kepada pembeli yang sering kali memanfaatkan data tersebut untuk kegiatan ilegal.
Harga data tersebut bervariasi tergantung jenis dan kualitasnya, serta permintaan pasar.
Penjualan data di dark web tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi hacker, tetapi juga menyebarkan risiko lebih lanjut kepada banyak orang.
Pembeli data bisa menggunakan informasi yang diperoleh untuk berbagai kejahatan, seperti pencurian identitas, penipuan, atau bahkan serangan siber lanjutan.
Oleh karena itu, dark web menjadi ancaman serius bagi keamanan data pribadi dan organisasi.
2. Digunakan untuk Pemerasan atau Penipuan
Setelah mencuri data, hacker sering kali menggunakan informasi tersebut untuk memeras korban.
Mereka dapat mengancam akan mengungkapkan data sensitif atau merusak sistem kecuali tebusan dibayarkan.
Pemerasan ini, yang sering dikenal dengan ransomware, menjadi salah satu metode paling umum yang digunakan hacker untuk mendapatkan uang secara cepat dan signifikan.
Selain pemerasan, data curian juga bisa digunakan untuk melakukan penipuan.
Informasi pribadi seperti nomor identitas, alamat, dan informasi keuangan bisa dimanfaatkan untuk mencuri identitas, melakukan transaksi keuangan ilegal, atau membuka akun kredit baru atas nama korban.
Penipuan semacam ini tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada reputasi dan kehidupan pribadi korban.
3. Diberikan kepada Pihak Ketiga atau Negara
Dalam beberapa kasus, hacker bekerja untuk pihak ketiga atau negara tertentu.
Data yang dicuri, terutama yang bersifat rahasia atau strategis, dapat diserahkan kepada pemerintah atau organisasi yang mensponsori serangan tersebut.
Informasi ini dapat digunakan untuk spionase ekonomi, politik, atau militer, memberikan keuntungan strategis bagi pihak yang menerimanya.
Nation-State Hacker, misalnya, sering kali bekerja di bawah arahan negara tertentu dengan tujuan untuk mencuri informasi yang dapat memberikan keuntungan strategis bagi negara tersebut.
Ini termasuk informasi tentang teknologi canggih, kebijakan politik, atau rencana militer.
Serangan semacam ini dapat memiliki dampak besar pada keamanan nasional dan hubungan internasional.
4. Digunakan untuk Kampanye Disinformasi

Data curian juga dapat dimanfaatkan dalam kampanye disinformasi.
Hacker dapat memodifikasi atau memanipulasi informasi sebelum menyebarkannya ke publik, dengan tujuan untuk menyesatkan atau merusak reputasi individu, organisasi, atau bahkan negara.
Kampanye disinformasi sering kali digunakan untuk mempengaruhi opini publik, mengacaukan proses politik, atau menimbulkan ketidakstabilan sosial.
Contoh terkenal dari penggunaan data curian untuk disinformasi adalah selama pemilu, di mana informasi yang dikompromikan digunakan untuk mempengaruhi hasil pemungutan suara atau merusak reputasi kandidat tertentu.
Kampanye semacam ini dapat merusak integritas demokrasi dan menimbulkan ketidakpercayaan di antara masyarakat.
5. Digunakan untuk Menargetkan Serangan Lebih Lanjut
Setelah mencuri data, hacker sering kali menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan dan melancarkan serangan lebih lanjut.
Kredensial login dan informasi akun dapat membantu hacker mendapatkan akses lebih dalam ke sistem atau jaringan yang lebih sensitif.
Selain itu, data ini bisa digunakan untuk melakukan serangan phishing yang lebih canggih, menargetkan individu atau organisasi dengan email palsu yang terlihat sah.
Dengan data yang lebih banyak dan akses yang lebih luas, hacker dapat memperluas jangkauan serangan mereka, menargetkan lebih banyak sistem dan memperoleh informasi yang lebih berharga.
Serangan berkelanjutan ini bisa menyebabkan kerugian yang jauh lebih besar bagi korban, baik dalam hal kerusakan finansial maupun gangguan operasional.
6. Dibagikan dalam Komunitas Hacker
Terkadang, hacker memilih untuk membagikan data curian dalam komunitas hacker untuk mendapatkan pengakuan atau membangun reputasi.
Di forum-forum online tertutup, anggota komunitas ini sering berbagi teknik, alat, dan hasil serangan mereka. Data yang dibagikan ini dapat digunakan oleh hacker lain untuk melancarkan serangan tambahan atau mengembangkan metode hacking baru.
Dengan membagikan data curian, hacker tidak hanya menunjukkan kemampuan teknis mereka tetapi juga berkontribusi pada peningkatan ancaman siber secara keseluruhan.
Informasi ini bisa digunakan oleh hacker lain yang mungkin memiliki motivasi atau tujuan berbeda, sehingga meningkatkan risiko bagi individu dan organisasi yang datanya telah dicuri.