Travelers Sejati Mari Kita Menghadapi New Normal dan Berdamai dengan Corona


Traveling/Tribun
Eastjourneymagz.comNovel Corona Virus (Covid 19) telah membuat kita melupakan keindahan di luar. Untuk sekedar melihat sunrise di pagi hari, terutama saat ia muncul di balik bukit. Kita tidak bisa melihat itu sama seperti dalam beberapa perjalanan.
Dulu sebelum pandami ini melanda kita semua, kita bebas berjalan ke luar. Bahkan ada yang pagi-pagi memburu sunrise itu ke gunung Bromo, Pantai Kuta hingga Labun Bajo.
Sejak tiga bulan yang lalu, semua orang memang dianjurkan untuk memburu matahari pada pukul 10.00 pagi. Bukan untuk memburu keindahan pagi tapi untuk membunuh kuman yang bernama virus corona itu. Sejak tiga bulan lalu kita semua telah ditakutkan oleh pandemi yang bermula dari kota Wuhan Tiongkok tersebut.
Hari ini semua telah gerah, bahkan pemerintah kita. Gerah bukan berarti menyerah. Presiden kita Joko Widodo 7 Mei 2020 yang lalu mengumumkan agar warga Indonesia perlu berdampingan dengan virus corona.
Ia mengatakan sejauh ini vaksin belum ditemukan, maka tidak ada acuan bahwa virus corona akan berhenti menyebar. “Sampai ditemukan vaksin yang efektif, kita harus berdamai untuk beberapa waktu ke depan,” kata Jokowi.
Ungkapan berdamai dengan covid 19 ini tentu saja menuai respon positif dan negatif. Berbagai kritikan terus dilontarkan mengingat hingga saat ini sudah 20.000 lebih orang yang positif terjangkit virus corona.
 
Berdamai dengan covid 19 yang disebut new normal ini berarti membuka PSBB dan warga boleh kembali beraktivitas. Tidak sedikit yang khwatir bahwa pelonggaran ini justru menambah korban covid 19 lebih banyak lagi.
Sebuah kebahagiaan bagi kita dan terutama bagi pelaku wisata yang sudah lama terpaksa tidur bahkan harus berhadapan dengan kebangkrutan akhirnya sudah mulai ada angin segar lagi. Istana sudah mulai membicarakan nasib para pelaku wisata termasuk juga para wisatawan.
Jokowi dalam siaran pers di Istana dan sehabis menggelar rapat tertutup dengan berbagai pembantunya di Istana membahas khusus soal pariwisata ini pada Kamis, 28 Mei 2020 yang lalu. Jokowi membahas tatanan baru di sektor pariwisata yang mengempis selama tiga bulan lebih dan berharap di new normal pariwisata menjadi produktif dan aman covid.
Beberapa isu yang dibicarakan oleh Jokowi diantaranya isu health, hygiene serta safety. Pelancong nanti akan mendapatkan protokoler yang sudah disiapkan oleh pemerintah saat ini. Protokoler yang dimaksudkan adalah protokoler covid 19 yang tentunya sangat ketat dan terkesan kaku.
Solo Travel dan Berbagai Protokoler
Solo travel menjadi sorotan mendalam presiden Jokowi. Menurutnya ini adalah trend baru yang dijaga oleh pelaku pariwisata yang tentunya akan didukung oleh pemerintah. Untuk itu pemerintah dan berbagai stakeholder wisata perlu bersatu untuk sama-sama bekerja keras. Tujuannya tentu untuk membuat dapur-dapur dan kembali mengepul.
Jokowi sempat menyebut solo travel dalam pertemuan itu sebagai sebuah prefrensi liburan masa newnormal. Hal ini karena tidak melibatkan banyak orang termasuk juga wellness tour dan virtual tourism serta stay-cation. Solo travel merupakan sebuah kesendirian yang merupakan sesuatu yang asing bagi orang-orang yang lebih suka mengajak pasangan dan kawan-kawannya bahkan keluarga untuk melakukan perjalanan.
Tetapi inilah dunia baru, bumi baru yang mau tidak mau kita harus terima. Artinya kalaupun kita mengajak teman-teman atau orang lain untuk melakukan perjalanan, kita tetap mawas diri dengan terlibat lebih jauh dalam protokoler yang sudah di tentukan oleh pemerintah.
Kita harus memulai sejarah baru ini yang penuh dengan praktik yang kaku sembari menunggu dunia ini lebih baik dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Ini kedengarannya merupakan sebuah perjalanan yang sepi tak ubahnya seperti perjalanan seorang musafir yang mencintai keheningan.
Sebenarnya tidak se-ekstrim itu. Ini akan menjadi cara berwisata yang baru dimana orang-orang tetap menuju ke suatu daerah atau destinasi wisata tanpa henti. Akan tetapi ini akan menjadi sebuah cara baru atau lebih tepatnya cultur baru yang secara radikal dipelajari oleh setiap pelancong.
Mau tidak mau ketika akan melakukan sebuah perjalanan seluruh bentuk aturan perjalanan yang disebut protokoler itu harus dipatuh oleh kita. Ini akan melibatkan berbagai elemen tidak hanya diri wisatawan tetapi juga para pelaku wisata baik itu pihak manajemen tempat wisata, pemilik akomodasi baik transportasi darat, laut dan udara, petugas kebersihan hingga pedagang kaki lima.
Salah satu contohnya adalah di Candi Borobudur yang akan dibuka bulan Juni nanti telah ditetapkan beberapa protokololer. Pihak manajemen sudah mulai menyiapkan Sumber Daya Manusia untuk melakukan steril, pengecekan bahkan pemeriksaan kesehatan terhadap wisatawan nantinya.
Di sana sudah ada klinik yang disediakan jika nanti hasil pengecekan di pintu masuk wisatawan dalam kondisi suhu badan yang tidak normal. Wisatawan akan diberi tiga pita yakni Hijau yang kesehatan bagus dari pengecekan suhu badan, Kuning yang suhu badannya aga menurun dan perlu mendapatkan perhatian petugas dan merah yang suhu badannya tinggi sekali sehingga akan dievakuasi ke klinik untuk diminta pulang ke rumah.

Mari Berdamai

Jika saja ini bukan Pandemi, tentu saja seluruh protokoler pemerintah yang membosankan itu akan merugikan pihak wisatawan dan pelaku wisata. Demonstrasi besar-besaran pasti akan terjadi dimana-mana bahkan mogok kerja bagi pekerja wisata.
Tapi hari ini kita semua dalam posisi sebaliknya. Kita butuh makan, butuh pekerjaan dan seluruh usaha kita harus dibuka kembali. Protokoler ini adalah kunci utamanya terutama kita yang terlibat langsung di lapangan. Protokoler menjadi senjata yang ampuh untuk melawan virus corona ini.
Isu health, hygiene serta safety yang diungkapkan oleh Jokowi akan dirasakan langsung oleh kita yang berada di lapangan. Kita benar-benar berdampingan dengan covid 19 yang saat ini belum ditemukan vaksin-nya.
Pemerintah juga meyakini bahwa virus ini hanya dapat diubah dengan menjaga kultur yang mencakup tiga isu tadi isu health, hygiene serta safety yang mesti disadari oleh semua pihak. Bahkan tidak hanya pemerintah, itu juga harus tertanam di alam bawa sadar kita entah sebagai travelers atau pelaku wisata.
Kita mesti berjibaku karena covid 19 telah membuat kita kehilangan dunia ini untuk sementara waktu. Kehilangan kedekatan kita yang intim dengan alam dan berbagai kultur dimanapun kita jumpai. Sudah lama, sudah tiga bulan lebih kita dipenjara dan dibekap oleh corona dan mengusir momen indah kita.
Akhirnya jika kita ingin dunia ini normal dan kita bisa kembali melakukan perjalanan kemanapun, mari kita membuka kuncinya yakni dengan melaksanakan seluruh bentuk protokoler yang diberikan oleh pemerintah. Kita harus lebih disiplin dan lebih hati-hati bahkan kita meski bergerak jauh dari sekadar protokoler pemerintah mungkin melakukan pemeriksaan lengkap sebelum melakukan perjalanan dan mengantongi surat dokter. Ayo, mari kita berdamai dengan covid 19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Protokol di Bidang Wisata Sudah di Setujui untuk Mendukung Pembukaan Berbagai Tempat Wisata di Tanah Air
Next post Harimau Tewas di Lahan Perkebunan Milik Perusahaan Besar Kembali Terulang