Bahasa Daerah Punah, Jangan Malu Dengan Bahasa Daerahmu dari Sekarang


Anak-anak di daerah Manggarai, NTT/ Foto Okezone

Eastjourneymagz.comMalin KundangĀ  mengisahkan bagaimana ia melupakan ibunya saat ia menjadi kaya. Ia memiliki istri yang cantik dan kekayaan yang berlimpah akan tetapi menyangkal ibunya. Ia melupakan sang ibu yang membesarkannya hingga akhirnya ia dikutuk menjadi batu.

Fenomena kacang lupa kulit ini terjadi di segala zaman. Salah satunya adalah pelupaan akan bahasa daerah. Bahasa daerah bisa dikatakan sebagai bahasa ibu mengingat orang tua kita yang mengajarkannya.Ā 

Lain lagi kalau persoalannya kalau orang tua yang tidak mengajarkan bahasa daerah, ini berarti yang Malin Kundang adalah orang tua. Tidak usah pake acara kutuk mengutuk soal ini.

Bahasa daerah merupakan warisan leluhur yang perlu dijaga terus menerus. Inilah yang menunjukkan leluhur kita memilikiĀ  daya intelektual yang tinggi. Mereka bukan tukang copy paste seperti kebanyakan orang zaman kini.

Kecerdasan yang kita alami saat ini adalah warisan mereka. Makanya harus bersyukur punya leluhur yang cerdas. Untuk mensyukuri hal itu salah satu yang perlu dilakukan adalah mempertahankan bahasa yang mereka tuturkan.

Kenapa hal ini perlu dibahasa mengingat data menunjukkan hingga saat ini bahasa daerah semakin punah bahkan ada yang hilang. Data penelitian Badan Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan terdapat 652 bahasa daerah yang ada di Indonesia. Sementara itu menurut data UNESCO, 15 hari sekali bahasa daerah di Indonesia akan punah.

Masih dari lembaga yang sama mengungkapkan bahasa daerah tersebut terancam punah karena beberapa sebab seperti perkawinan campur, tidak ada pewarisan dari orang tua, penutur-penuturnya sudah mulai tua dan anak mudanya enggan menggunakan bahasa daerah.

Hal yang perlu disoroti adalah lunturnya bahasa daerah karena banyak sekali putra putri daerah (katanya) mulai melupakan bahasa daerah. Mereka lebih suka mempelajari bahasa lain daripada bahasa daerah. Banyak juga yang gengsi menggunakan bahasa daerah seolah-olah hal yang memalukan ketika menggunakan bahasa daerah.

Dalam menyelesaikan persoalan ini perlu ada kesadaran pribadi dari putra putri daerah untuk menggunakan bahasa daerah. Selain itu pemerintah darah selaku otoritas perlu mendata secara penting soal bahasa daerah. Pemerintah juga perlu merawat bahasa daerah.

Ā 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Ini Data Jutaan Karyawan yang Dirumahkan di Tengah Corona
Next post Peneliti Oxford yakin Akan Memproduksi Secara Masal Vaksin Corona di bulan September