![Adaro mendapatkan penghargaan “Obligasi Kotor” (Toxic Bond) dari Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil pada 8 Mei 2024.](https://eastjourneymagz.com/wp-content/uploads/2024/05/8dee9398-aksi-teatrikal-dirty30-adaro-080524-adm-20-1024x683-1.jpg)
Banyak Jejak Kerusakan dan Konflik, Adaro Dapat Penghargaan Obligasi Kotor
Eastjourneymagz.com–Adaro mendapatkan penghargaan “Obligasi Kotor” (Toxic Bond) dari Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil pada 8 Mei 2024.
Penghargaan itu diberikan kepada Adaro karena memiliki banyak jejak kerusakan lingkungan dan menyisakan konflik masyarakat.
Adapun koalisi organisasi masyarkat sipil terdiri atas Enter Nusantara, Greenpeace Indonesia, dan Market Forces. Mereka lakukan teatrikal penyerahan penghargaan kepada Adaro.
Penghargaan itu diberikan setelah analisis Dirty 30 oleh Toxic Bond Initiative yang menempatkan Adaro Energy Indonesia sebagai salah satu penerbit obligasi terkotor sedunia.
Selain Adaro beberapa perusahaan bahan bakar fosil raksasa lainnya, seperti Exxon dan Shell.
Adaro memiliki obligasi sebesar US$750 juta yang akan jatuh tempo di bulan Oktober tahun ini.
Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia mengungkapkan kehadiran Adaro telah menuebabkan banyak kerusakan.
“Terlalu banyak cerita tentang kerusakan yang disebabkan oleh Adaro, seperti penggusuran seluruh masyarakat Desa Wonorejo di Kalimantan Selatan dan di Batang, Jawa Tengah, serta mata pencaharian nelayan yang terancam hilang akibat rencana ekspansi Adaro di Kalimantan Utara,” kata dia.
Menurutnya penelitian oleh Carbon Major Database menunjukkan bahwa Adaro menjadi salah satu perusahaan yang bertanggung jawab atas 80% emisi karbon sejak Perjanjian Paris ditandatangani, di antara tahun 2016-2022.
“Sudah tidak bisa dipungkiri, Adaro berdosa dalam mendorong dan memperparah krisis iklim,” tambah Bondan.
Meskipun Adaro sudah mengeluarkan pernyataan net zero di tahun 2060, rencana tersebut tidak membatasi batu-bara termalmaupun metalurgi.
Berdasarkan skenario International Energy Agency untuk meminimalisir dampak malapetaka krisis iklim, dunia harus berhenti membangun PLTU batu-bara baru dan ekspansi tambang batu-bara di tahun 2023 dan segera mengimplementasi net zero di tahun 2050.
Menurut Nabilla Gunawan, Juru Kampanye Energi dan Keuangan dari Market Forces Adari justru mengakselerasi pembangunan PLTU yang bertentangan dengan scenario International Energy Agency.
“Faktanya, Adaro malah mengakselerasi pembangunan PLTU batu-bara baru yang kotor dan ekspansi bisnis metalurgi batu-bara, mengabaikan kekhawatiran ilmuwan iklim, bahkan investor mereka sendiri,” kata dia.
![](https://i0.wp.com/eastjourneymagz.com/wp-content/uploads/2024/05/emisi.jpg?resize=1024%2C678&ssl=1)
Padahal Adaro telah ditinggalkan berbagai perusahaan karena masih menggunakan batubara.
Diantaranya persahaan perbankan multinasional seperti Standard Chartered dan DBS karena banyak perbankan mengadopsi kebijakan coal exit.
Hyundai juga telah memutuskan perjanjian pembelian aluminium dengan anak usaha Adaro.
Smelter aluminium tersebut akan diproduksi oleh PLTU batu-bara sebesar 1.1 GW di Kalimantan Utara.
“Dunia telah meninggalkan batu-bara, namun Adaro tetap keras kepala dan masih tidak memiliki rencana transisi kredibel yang sejalan skenario net zero 2050, skenario yang bertujuan untuk mencegah malapetaka masa depan karena krisis iklim,” tambah Nabilla.
Koordinator Aksi Energi Terbarukan, Enter Nusantara, Ramadhan membeberkan Batu bara adalah sektor yang akan bertambah rentan. Bahkan Hyundai dan investor Adaro lainnya menyadari hal itu.
“Batu-bara merupakan sektor yang saat ini cukup rentan, dan akan bertambah rentan. Hyundai dan investor Adaro paham akan hal itu, sedangkan Adaro keras kepala dan menolak untuk paham,” ujar Ramadhan,” kata dia.
Menurut proyeksi kerentanan (“vulnerability score”) iklim oleh Fitch, setelah tahun 2025, kerentanan sektor batu-bara termal dan metalurgi akan mencuat dengan tajam.
Di tahun 2050, satu atau lebih faktor terkait iklim dapat mengancam eksistensi bisnis batu-bara termal dan metalurgi. Lebih dari 90% pendapatan Adaro
Menurut Ramadhan koalisi masyarakat sipil di bidang energi bersih telah mengirim surat bersama resmi ke sekretaris korporat sejak bulan Februari, akan tetapi hingga saat ini Adaro masih belum memberikan tanggapan apapun.
“Adaro memilih untuk mengabaikan kekhawatiran dan nasib masa depan orang muda demi keuntungan belaka. Adaro mengkhianati kita semua dengan mewarisi lingkungan Indonesia yang telah hancur di masa depan nanti,” tutup Ramadhan.