Berbagai Kebijakan Kurangi Polusi Udara Jakarta Gagal, Greenpeace Indonesia; Atasi Polusi dari Sumbernya!
Eastjourneymagz.com–Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas udara Jakarta yang menduduki peringkat lima teratas kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Sejumlah kebijakan untuk mengatasi polusi dilakukan seperti penerapan WFH untuk ASN, penyemprotan air dari atas gedung menggunakan water mist, hingga modifikasi cuaca.
Greenpeace Indonesia menilai upaya-upaya tersebut belum juga membuahkan hasil. Polusi udara Jakarta tak kunjung membaik.
Merespon buruknya kualitas Udara Jakarta Greenpeace Indonesia melakukan aksi kreatif dengan berkeliling kota sambil membawa tulisan “Clean Air Now” pada 22 September 2023 lalu.
Menariknya Greenpeace Indonesia membuat sebuah pesan yang dikumpulkan dari debu polusi kemudian ditangkap dengan menggunakan hepa filter.
“Aksi ini bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat dan juga pemerintah bahwa kualitas udara Jakarta masih tercemar,” tulis Greenpeace Indonesia, dalam siaran pers.
Dalam rilis tersebut membeberkan riset terbaru dari AQLI (Air Quality Life Index) terkait fakta kualitas udara Jakarta.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta—propinsi paling berpolusi di Indonesia—10,7 juta penduduk diperkirakan akan kehilangan rata-rata harapan hidup selama 2,4 akibat standar yang lemah untuk pencemaran udara.
Pasalnya, standar angka pencemaran udara yang dipakai di Indonesia yaitu ISPU, masih 3-5 kali lemah dari standar WHO.
Sementara Menurut analisis data dari Center for Research on Energy and Clean Air (CREA), polusi udara di Jakarta telah mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa minggu terakhir. Tren PM2.5 selama lima tahun terakhir menunjukkan pola periode angka polusi tinggi yang berulang, yaitu pada bulan Mei hingga September.
“Tingkat polusi konsisten tinggi, di mana rata-rata tingkat PM2.5 berkisar 7 hingga 9 kali lebih tinggi dibandingkan standar WHO di tahun 2021,” tulis keterangan tersebut.
Pihak Greenpeace Indonesia menilai Data KLHK menyasar sumber emisi yang hanya terbatas dalam kota. Tidak mempertimbangkan sebaran emisi dan kontribusi dari luar Jakarta.
Menganalisis emisi dalam wilayah yang lebih luas, dengan menggunakan radius 200 km sebagai ilustrasi, terungkap bahwa terdapat beberapa sumber utama polusi Jakarta antara lain pembangkit listrik, transportasi, industri, dan pembakaran terbuka.
Faktanya, Jakarta dikelilingi oleh selusin pembangkit listrik tenaga batubara besar dalam jarak 100 kilometer.
Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia menegaskan agar pemerintah serius dalam menangani polusi udara.
“Pemerintah harus lebih serius menangani polusi udara, atasi polusi dari sumbernya”, ujar Bondan.
Menurutnya inventarisasi emisi harus dilakukan secara berkala, agar jelas diketahui dari mana polutan berasal.
“gunakan subsidi untuk transportasi umum berbasis listrik bukan untuk kendaraan listrik pribadi, dan segera lakukan transisi energi untuk mengurangi emisi pada tingkat kota secara signifikan”, kata dia.
Untuk diketahui Partikulat polusi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Data dari UNICEF menyebutkan bahwa 600 ribu anak di seluruh dunia terancam menghirup kualitas udara yang buruk.
Ratusan ribu orang sudah terkena ISPA sejak kualitas udara Jakarta memburuk menurut data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Kini, warga juga tengah menanti putusan kasasi yang dilayangkan oleh Presiden dan KLHK, sejak gugatan dimenangkan oleh warga dua tahun lalu.