Ribuan Korban Tewas Akibat Gempa Turki Berkekuatan 7,8 Skala Richter


Ribuan korban tewas akibat gempa Turki berkekuatan 7,8 skala Richter pada Senin dini hari waktu setempat. Dilaporkan Lebih dari 5.400 orang meninggal telah di Turki dan 1.800 di Suriah.

Warga dan tim bantuan berusaha mencari orang yang hilang dibalik reruntuhan/ foto istimewa.

Eastjourneymagz.comRibuan korban tewas akibat gempa Turki berkekuatan 7,8 skala Richter pada Senin dini hari waktu setempat.

Dilaporkan Lebih dari 5.400 orang meninggal telah di Turki dan 1.800 di Suriah. Angka kematian hampir pasti akan meningkat di tengah upaya pencarian para korban.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat dampak bencana tersebut mencapai 20.000, dan 23 juta orang. Pemerintah Turki dan media pemerintah Suriah merilis lebih dari 26.000 orang juga dilaporkan terluka sejauh ini.

Meskipun jarang terjadi gempa di wilayah ini, namun bencana saat ini diyakini terbesar dalam beberapa dekade terakhir telah memporak-porandakan wilayah tersebut dan sekitarnya.

Ribuan bangunan runtuh dan telah menjadi puing-puing dimana banyak korban terjebak di dalamnya. Dilaporkan, getaran gempa dirasakan hingga ke negara tetangga seperti ke Lebanon, Siprus, Yunani, Israel, dan wilayah Palestina.

Gempa susulan, yang tercatat berkekuatan 7,5, terjadi 9 jam kemudian. Dilansir dari Times, gempa awalnya melanda kota Gaziantep di Turki selatan, kira-kira 150 mil jauhnya dari perbatasan Turki-Suriah, pada pukul 4:17 waktu setempat pada kedalaman sekitar 11 mil, menurut Survei Geologi AS.

Gempa susulan yang berpusat kira-kira 80 mil sebelah utara Gaziantep di provinsi Kahramanmaras Turki, terjadi pada pukul 13:24. waktu setempat dan kedalamannya enam mil, menurut USGS.

Cuaca dingin ekstrim menghambat bantuan dan penyelamatan di wilayah tersebut. Sejumlah orang terpaksa membakar puing-puing untuk menghangatkan badan di tengah cuaca dingin.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa mengungkapkan upaya penyelamatan dilakukan berpacu dengan waktu.

“Sekarang berpacu dengan waktu,” kata dia. “Setiap menit, setiap jam berlalu, peluang untuk menemukan orang yang selamat semakin berkurang,” imbuhnya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post (UNIK) Tradisi Berburu Paus (Whale hunting) Secara Tradisional di Lamalera NTT, Indonesia
Next post Soal Ekspor Pasir Laut, Greenpeace: Pemerintah Gelar Karpet Merah Bagi Kepentingan Bisnis dan Oligarki