Destinasi Wisata Bisa Menjadi Kluster Baru Covid 19


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama (kanan) didampingi Direktur Utama PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M Mansoer (kiri) meninjau kawasan pariwisata Pantai Waterblow di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa, 16 Juni 2020. ANTARA/Fikri Yusuf

Eastjourneymagz.comSektor wisata menjadi salah satu sektor yang paling terpuruk selama masa pandemi. Anjloknya sektor wisata tidak hanya di alami Indonesia tetapi seluruh dunia.

kalau boleh flash Back, pada awal Pandemi Indonesia berusaha mengambil kesempatan atau cela ekonomi melalui sektor wisata. Kala Itu Pemerintah Indonesia yang menggelontorkan dana Jumbo bagi promosi wisata Nusantara ke mancanegara.

Logika pemerintah saat itu bahwa akses ke China Lumpuh total sehingga tidak ada kunjungan dari luar pengaruh Corona terus mewabah di Wuhan Provinsi Huabei merupakan peluang. Wisatawan yang ingin ke China bisa di halau ke Indonesia untuk menikmati berbagai destinasi wisata yang menarik di Indonesia.

Langkah yang dianggap menerobos batas tersebut perlahan-lahan tenggelam mengingat bencana Corona terus meningkat di tanah air dengan korban yang berjumlah banyak setiap hari.

Mulai saat itu sektor wisata mulai susah bernafas dan tergopo-gopo. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengungkapkan menurun tajamnya kunjungan wisatawan mancanegara pada awal Maret.

Tercatat 470.909 kunjungan wisatman yang masuk dari berbagai pintu. Kunjungan tersenut menurun darastis di kisaran 64,11% pada ada Maret 2019 (year on year/yoy).

Kepala BPS Suhariyanto menilai dibandingkan pada bulan sebelumnya, Februari 2020, jumlah kunjungan mengalami penurunan 45,50% atau 885,07 ribu wisman. Menurutnya  apabila dilacak data historisnya, jumlah wisman yang sebesar 470.900 ini hampir sama dengan jumlah wisman pada 2007.

Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara ini juga diikuti dengan ditutupi berbagai destinasi wisata, usaha-usaha restoran hingga hotel-hotel. Hal ini berdampak glombang PHK besar-besaran di sektor wisata.

Normal Baru

Setelah sekian lama Corona terus menghantam, Pemerintah Indonesia  melalui protokol kesehatan dalam melawan covid 19. Pemerintah Indonesia menyadari Covid 19 akan memukul ekonomi Indonesia yang menyebabkan krisis di tanah air.

Ketakutan anjloknya ekonomi nasional ini diikuti dengan kebijakan Normal Baru dimana masyarakat bisa hidup bersama covid 19. Kebijakan ini dapat pelan-pelan memulihkan perekonomian secara nasional yang berada di ujung resesi.

Pada Kuartal I-2020 secara quarter-to-quarter (QtQ) PDB Indonesia minus 2,41% dan PDB kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi -4,19%. Kuartal ke dua berlaku dari April hingga Juni. Pertumbuhan selanjutnya menunggu laporan Kuartal ke III-2020 yakni Juni-September.

Secara teknis, Indonesia sudah mengalami resesi, meski demikian kontraksi pertumbuhan ekonomi ini masih membaik karena belanja di dalam negeri masi stabil.

Saat ini juga pemerintah telah mulai menggalakan usaha agar kembali normalnya pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditandai dengan mulai dibukanya berbagai instansi, perusahaan, tempat umum, pusat pembelanjaan dengan catatan mematuhi protokol kesehatan yang telah diumumkan oleh pemerintah.

Sektor wisata yang lesuh juga mulai mengalami perubahan dengan dibukanya berbagai destiansi, hotel-hotel dan restoran. Bali bahkan sudah mulai membuka pintu bagi wisatawan asing. Candi Borobudur Yogyakarta juga sama sudah dibuka bagi wisatawan domestik dengan memberlakukan protokol kesehatan.

Wisatawan Asing/ Foto Spesial

Potensi Cluster Baru

Hingga saat ini destinasi wisata perlahan mulai dibuka dimana-mana. Dengan dibukanya destinasi tersebut tentu saja mesti mendapat catatan mengingat destinasi wisata bisa menjadi Cluster Baru Covid 19.

Berbagai problem terjadi di tempat wisata mesti dievaluasi terus menerus meski protokol kesehatan terus diterapkan. Beberpa laporan mengungkapkan masih longgarnya aturan di beberapa daerah.

Baru-baru ini misalnya di Pantai Tanjung Karang banyak pengunjung yang tidak bermasker. Di Majalengka tiba-tiba terdapat surat edaran Bupati untuk menutup tempat wisata padahal dibuka pada 27 Juli lalu. Di Kulon Progo Pengelola wisata masih menemukan turis yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Pemerintah dan berbagai stakeholder mesti cermat dalam menghadapi persoalan ini. Saat ini upaya untuk memulihkan sektor wisata sedang digalahkan dan tentunya dengan membangun trust yang tinggi kepada wisatawan. Apabila tidak diawasi secara ketat maka ini akan mengakibatkan sektor wisata akan lesuh berkepanjangan.

Sektor wisata yang memiliki kecenderungan berkerumun dan melibatkan banyak orang dari mana-mana bisa menjadi tempat menyebarnya covid 19 dari pengunjung yang satu ke pengunjung yang lainnya.

Protokol kesehatan yang telah ada mesti dimanfaatkan sungguh-sungguh dan dilakukan secara tegas. Masyarakat yang tidak mematuhi aturan mesti ditindaki secara tegas. Selain itu kampanye-kampanye terkait protokol kesehatan di tempat wisata mesti ditingkatkan.

Jangan sampai penerapan protokol hanya dijalankan diawal sementara selanjutnya diabaikan sama sekali. Pemerintah dan pengelolah serta berbagai sektor tidak boleh lengah sedikitpun agar destinasi wisat


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Bali dan Lombok Terpilih Menjadi Destinasi WIsata Populer di Asia Versi Trip Advisor
Next post Paket Khusus Wisata di Pulau Flores Bagian Timur Sedang Digalahkan