Tradisi Mallanca, Tradisi Adu Betis yang hanya ada di Sulawesi Selatan


Tradisi adu betis/ foto Lo Tomia

Eastjourneymagz.com–Salah satu tradisi yang unik di Indonesia adalah tradisi adu betis. Tradisi ini biasa di lakukan oleh masyarakat Bugis, Makassar dan Toraja Sulawesi selatan. Dalam
bahasa setempat tradisi adu betis ini disebut Mallanca.

Mengapa disebut tradisi adu betis? Hal ini karena para peserta akan dikumpulkan di suatu tempat (arena). Di tempat ini lah mereka akan mengadu kekuatan dengan menendang betis
lawan.

Peserta adalah para lelaki pilihan yang berusaha menunjukkan kebolehannya dengan lawan yang lain. Biasanya terdiri dari dua tim dimana satu tim masing-masing dua orang. Ketika yang lain menendang pada betis, yang lainnya berusaha menahan dengan kuda-kuda. Peserta akan bergantian menendang dan menahan.

Baca Juga: Uniknya Pantai Merah di China, Ternyata ditumbuhi Tanaman ini

Saat Mallanca berlangsung biasanya terdapat beberapa lingkaran dan di setiap lingkaran terdapat masing-masing pertandingan. Menariknya setiap peserta akan dibacakan mantera atau jampi-jampi pada kakinya oleh tetua mereka agar kuat, kokoh dan tidak cepat rubuh.

Para peserta bahkan akan mengalami keseleo kaki hingga patah tulang dalam pertandingan, akan tetapi hal ini tidak menjadi persoalan. Akan tetapi tidak ada pemenang dalam Mallanca,  karena tradisi ini hanya bertujuan mengetahui kekuatan setiap anggota.

Tidak hanya Adu Betis saat bersamaan juga masyarakat setempat akan menyertakan tumbuk padi dan sepak takraw. Hal ini tentu saja membuat upacara ini akan berlangsung dengan meriah.

Para pemuda sedang bertanding dalam Mallanca/ Foto 1001 Indonesia

Biasanya adu betis akan dilakukan di dekat kuburan keramat. Kuburan tersebut merupakan milik Gallarang Mancongloe, ia adalah Paman dari Raja Gowa, Sultan Alaudin.

Mallanca akan dilakukan sekali setahun. Tradisi ini biasanya digelar saat musim panen tiba yakni panen padi. Berhubung di daerah ini kebanyakan para petani adalah mengerjakan sawah tadah hujan sehingga panen dilakukan sekali saja. 

Baca Juga:Tabuik Memperingati Asura, Gugurnya Imam Husain cucu Nabi Muhammad SAW

Mallanca bisa dikatakan sebagai syukuran masyarakat setempat atas hasil panen yang mereka peroleh dari sawah. Pada umumnya tradisi ini sering dilakukan pada bulan Agustus tiba sesuai dengan jatuhnya musim panen. Karena dirayakan pada bulan Agustus ini juga bertepatan dengan perayaan  kemerdekaan Indonesia.

Tradisi ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka yang telah menjaga kerajaan Gowa. Oleh karena itu adu betis pada dasarnya sebuah bentuk kearifan lokal untuk menjaga tradisi leluhur yang memiliki nilai solidaritas, patriotisme dan kebersamaan dengan masyarakat adat setempat. 

Artikel Pilihan

 
 
 

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post KPK Pastikan Expos Kasus Korupsi Bawang Merah Malaka Pada 10 Desember 2020
Next post Pilkada di Tengah Pandemi, Rahayu Saraswati Soroti Politik Uang