PENING MANUK



Kehidupan masyarakat Manggarai tidak bisa terlepas dari binatang peliharaan. Hal ini secara filosofis dapat dilihat dari struktur bangunan Rumah Adat masyarakat Manggarai. Secara sederhana struktur Bangunan Rumah Adat (Mbaru gendang, mbaru tembong) terdiri atas atap (landong), Bagian tengah  dan bagian bawa (ngaung). Mbaru Gendang merupakan rumah panggung. Pada bagian bawa atau ngaung inilah difungsikan untuk tempat binatang seperti ayam, babi, bahkan kambing.

 
Pada kesempatan kali ini akan membahas tentang bagaimana masyarakat Manggarai memelihara ayam. Ayam memang begitu dekat dengan masyarakat Manggarai. Terutama karena fungsinya yang sangat penting yakni sebagai bahan persembahan atau kurban untuk nenek moyang atau arwah-arwah yang telah meninggal dunia (ceki/wura). Bahkan telurnya juga memiliki fungsi yang sama terutama simbol tuak. Telur sebagai tuak (anggur atau wine dalam budaya yang lain) merupakan simbol penghormatan yang lebih kepada ceki dan wura.
 
Ayam yang menjadi kurbanpun ada berbagai macam. Beberapa diantaranya manuk wulu telu (ayam tiga warna), Manuk bakok (ayam putih), manuk neni/miteng (ayam hitam), Lalong Rombeng (ayam jantan yang buluinya warna-warni). Biasaya dipilih sesuai dengan tema acara yang berlangsung.
Posisi ayam yang merupakan kebutuhan yang penting dalam adat Manggarai sehingga ayam perlu dipelihara. Ayam yang dipelihara juga tidak seperti target bisnis yang harus memelihara hingga ratusan bahkan ribuan ekor. Ayam yang dipelihara dapat dihitung dengan jari. Jarang sekali menemukan masyarakat Manggarai yang fokus beternak ayam. Memelihara ayam hanyalah usaha sampingan saja dari matapencaharian utama sebagai petani.
 
Kebiasaan yang menarik dalam memelihara ayam adalah pening manuk (memberi makan). Biasanya makanan yang diberi adalah jagung dan beras. Kebiasaan tersebut sering terjadi di pagi hari. Mengingat ayam-ayam tersebut tidak dikandangkan. Dapatlah dimengerti bahwa ayam tersebut akan diberi makan sekali saja karena ayam mendapat makanan  sendiri.
 
Pada pagi hari hampir di setiap rumah akan terdengar seruan “Kerrrrr Kikikiki, Kerrrrrr Kikikiki”. Seruan ini memanggil ayam untuk berkumpul dan diberi makan. Menariknya ketika ayam mendengar seruan tersebut maka semua ayam akan berkumpul. Pada kesempatan itulah ayam akan diberi makanan.
 
Seruan yang sama ini juga akan terdi di sore hari. Biasanya untuk mengumpulkan induk ayam dengan anak-anaknya. Kemudian pemilik ayam menggiring ayam-ayam tersebut ke dalam kandang atau kurungan yang disebut potang (dalam tradisi Manggarai biasanya jarang menggunakan kandang). Potang/korongan terbuat dari jenis rotan yang kecil atau dari anyaman bambu.
Jika anda ke Manggarai (terutama bagi asing) dan anda iseng berteriak “kerrrrrrr Kikikiki”, “kerrrrrr Kikikiki……..”. Seponytan seluruh ayam mengitari anda. Janganlah lupa memberi makanan, entah beras, entah padi atau jagung. Selamat mencoba.
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post WANITA MANGGARAI MENUMBUK PADI
Next post ALASAN ORANG MANGGARAI MEMBANGUN PERKAMPUNGAN DI BEBUKITAN