Ilmuwan Menemukan Ulat Pengurai Plastik, Dapatkah Bumi diselamatkan?


Eastjourneymagz.comDalam teori dikatakan plastik merupakan barang non-organik yang tidak susah terurai. Alhasil, hingga saat ini sampah plastik menjadi momok yang menakutkan karena menjadi penyumbang emisi gas yang menyebabkan pemanasan global.

Berdasarkan data dari ScienceMag mengungkapkan jumlah sampah plastik terus meningkat setiap tahunnya sejak tahun 1950 hingga 2015. Produksi sampah berada di angka 2 juta ton per tahun.

Data itu meningkat pada 65 tahun kemudian yakni pada 2015 sampah plastik sudah berada di angka 381 juta ton per tahun. Atau meningkat 190 kali lipat dengan kisaran 5,8 ton per tahun. Angka inilah yang kemudian membahayakan keadan bumi.

 
Perkembangan sampah dari tahun 1950-2015/Sumber Our World in Data

Di tengah meningkatnya pemanasan global, ilmuwan Spanyol dikejutkan dengan kehadiran ulat yang menjanjikan masa depan dunia. Mereka mengamati jenis ulat tersebut bisa melahap habis plastik. Mereka kemudian menyimpulkan ulat tersebut kemungkinan bisa mengurai plastik.

Saat ditemukan ulat tersebut ditemukan dalam keadaan memakan plastik dengan cepat.Keberadaan ulat ini kemungkinan memiliki enzim yang dapat mencernah plastik. Untuk memastikan hal itu peneliti masih melakukan penelitian lebih lanjut.

Deutsche Welle Indonesia (DW) memberitakan kisah itu berangkat dari pengalaman Federica Bertocchini, pakar biologi evolusi di Institute of Biomedicine and Biotechnology di Cantabria, Spanyol. Ia adalah seorang ilmuwan sekaligus memiliki hobi yang unik yakni beternak lebah.

Meski hanya mengisi waktu senggang namun sang ilmuwan memiliki perhatian khusus terhadap lebah yang diternaknya. Sebagai peternak lebah (katakan seperti itu) ia sedang memecahkan persoalan seputar kehidupan lebah kesayangannya itu.

Ia menghadapi masalah yang cukup serius dimana hama kupu-kupu lilin (Galleria mellonella) yang bertelur di dalam sarang lebah. kehadiran telur kupu-kupu tersebut tentu saja mengganggu kehidupan lebah.

Di dalam rumah lebah tersebut Larva kupu-kupu hidup selama 6 minggu dsebagai hama, sebelum dan kemudian akan menetas jadi kupu-kupu.

Bertocchini sangat marah dengan kehadiran tamu tak diundang di dalam rumah lebahnya. Ia  segera membersihkan sarang lebah, dan memasukkan ulatnya ke dalam kantong plastik polyethilene. Betapa kagetnya pria itu karena baru pertama kali seumur hidupnya ia melihat ratusan ulat memakan kantong plastik dalam waktu singkat dan membuat banyak lubang.

Soal ulat pemakan kantong itu sebetulnya bukanlah hal yang baru. Jauh sebelumnya fenomena ini sudah lama dikenal oleh peternak lebah, pemelihara reptil dan yang punya hobi mancing. Mereka juga telah merasa terkejut seperti Bertocchini dan akhirnya selalu menyempatkan ulat-ulat ini masuk dalam daftar diskusi hangat komunitas tersebut. Mereka melakukannya secara rutin melalui media online.

Tidak hanya menonton ulat-ulat yang melubangi plastik tersebut Bertocchini melakukan eksperimen. Dari hasli eksperimen yang dilakukannya ia dapat mengetahui kehidupan ulat-ulat pemakan plastik tersebut.

Dikatakan dari Uji coba dengan 100 ekor ulat dalam sebuah kantong plastik berbobot 300 gram menunjukkan kecepatan makan plastik relatif tinggi. ia mengamati dalam waktu 12 jam 100 ekor ulat telah melahap 92 gram  plastik polyethilene.

Fenomena ini sangat mengagumkan mengingat mikroba pengurai plastik memakan waktu yang begitu lama dibandingkan dengan ulat-ulat ganas tersebut.

Takjub dengan eksperimen tersebut ia melakukan eksperimen lebih lanjut. Ia mengajukan beberapa pertanyaan yang ilmiah.  Apakah ulat hanya memakan plastik dan mengeluarkannya lagi sebagai kotoran berupa mikro plastik? Atau ulat mencerna plastik polyethilene dan mengeluarkan kotoran berupa senyawa yang samasekali berbeda? Senyawa kimia atau enzim apa yang bekerja?

Tidak hanya itu peneiliti mulai mengamti enzim yang dikandung ulat-ulat ini. Mereka melakukan uji coba melumat beberapa ekor ulat, dan membubuhkannya pada plastik polyethilene. Hasilnya, plastik mulai berlubang dimakan bubur ulat.

Kini tim Federica Bertocchini memburu enzym yang ampuh mengurai plastik itu. Diharapkan, ekstrak enzym dan produk rekayasanya secara massal, bisa jadi salah satu solusi pembersih sampah plastik di Bumi.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Geliat Labuan Bajo Menjadi Tuan Rumah KTT G 20
Next post Kadin Usulkan Subsidi Turis Manca Negara, Wisnutama Belum Mengetahui dan Masih fokus Tangani Virus Corona