Suatu Sore yang Malang, Hantu Toilet Mengunjungiku
Eastjourneymagz.com- Waktu itu, Aku sedang sendiri di rumah Kakek dan Nenek ku. Mereka ke rumah pamanku yang jaraknya kira-kira 500 meter. Badanku tiba-tiba terasa berat. Neneku seringkali mengingatkan jangan tidur sore-sore sebagai anak gadis. Entahlah, aku sangat ngantuk sore ini dan tidak bisa apa-apa.
Namun pada sore ini juga aku merasa berbeda. Burung-burung peliharaan Kakek juga tidak berkicau. Padahal sore hari biasanya mereka sahut menyahut berkicau ria.
Aku langsung ke kamar makan, mendekati kulkas, mencari air dingin karena aku merasa haus. Aku perlahan membuka pintu kulkas dan betapa kagetnya aku sebuah gelas tiba-tiba jatuh.
Suara pecahan gelas memecah keheningan. Aku merasa ini adalah kerjaan Shifa, adik ku yang mengikutiku untuk nginap di rumah nenek.
Angin tiba-tiba menyibak rambutku begitu deras, lalu perlahan-lahan menerpa gorden jendela. Prakkkkkkkk…. bunyi sesuatu yang jatuh dari atas langit-langit rumah.
“Itu, pasti kucing!” bisikku dalam hati.
Namun, kaki dan kepalaku sudah terasa berat. Keringat dinginku mulai membasahi sekujur tubuhku.
“Ka Amel! Ka Amel!” suara Shifa dari arah gudang memanggilku. Saat itu kakiku terasa makin berat.
Aku berusaha berjalan mendekati adikku Shifa. Lampu yang cahanya buram mendekati gudang itu. Lampu tiba-tiba mati dan suara benda-benda berjatuhan dari gudang, sedang Shifa terus memanggil namaku.
Aku membuka pintu. Betapa kagetnya aku, Shifa berlumuran darah. Sedang rambutnya menutupi wajahnya. Aku tak mampu mengungkapkan sepatah katapun.
Kuraih Rambut Shifa dan ingin melihat wajah adikku itu. Dan aku melihat bola mata yang begitu besar dengan giginya yang runcing dan dagunya yang lebar. lalu ia meraung-raung dan berteriak.
Aku terlempar ke belakang. Aku baru sadar, itu bukan Shifa, aku tergopoh-gopoh menuju kamar mandi dekat gudang itu dan bersembunyi.
Aku tak mampu berteriak. Degup jantungku begitu cepat. Dadaku seakan tertekan dan kerongkonganku tersengal. Aku mengambil nafas satu-satu.
Aku duduk, di kamar mandi, sembari menangis. Berharap tak terjadi apa-apa denganku. Aku menutup mata dan berdoa. Tiba-tiba, tutupan Closet jongkok mulai bergerak. Kuharap itu adalah seekor tikus atau kucing yang terjebak.
Awalnya aku melihat rambut, lalu perlahan-lahan muncul sebuah kepala. Aku berteriak sejadi-jadinya. Pintu kamar mandi digedor dari luar. Aku membukanya, dan nenekku masuk ke kamar mandi.
Mereka sudah pulang, lalu aku jatuh tidak menyadarkan diri.