Benarkah Yesus Menikah? Menggali Sebuah Buku Kontroversial Holy Grail
Di desa ini yang diungkap dalam teka-teki itu, terdapat komunitas rahasia yang adalah keturunan Yesus yang tidak menyingkap dimanapun. Dikisahkan Yesus kemungkian tidak mati disalib, lalu menikah, dan memiliki anak. Keturunannya tinggal di Prancis.
Eastjourneymagz.com–Sebuah buku yang mengkhwatirkan, menyulut api dan kecaman dimana-mana terutama bara-bara api yang menyandera miliaran pengikut Yesus Kristus dalam berbagai sekte di seluruh dunia. Buku Holy Grail terbit pada 1982 membuat banyak penolakan terhadap buku tersebut yang telah menyebar dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Dalam bagian 13, Rahasia Terlarang, Penulis menulis seperti ini; ……Kami sadar bahwa skenario kami tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Kristen yang ada. …..Dalam pembukaan kalimat pertama ini ketiga penulis Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Linkoln mulai menyingkap bahwa buku ini akan berbeda dengan fakta yang ada dalam kitab suci.
..Ajaran turun temurun ini (Ajaran Yesus, Red) tunduk pada bagian-bagian yang telah terpilih dan terseleksi lewat sejumlah penyuntingan, pengurangan dan penambahan. Perjanjian Baru menawarkan sebuah gambaran Yesus dan masanya sesuai dengan kebutuhan dari kepentingan kelompok-kelompok pribadi tertentu.
Para penulis menggambarkan Kitab Suci Perjanjian Baru hadir sebagai pilihan yang telah dipilah-pilah. Isi buku ini merupakan hasil sebuah seleksi teks dan teks-teks yang lain bertentangan denganya telah dicampakkan. Tentu saja sangat ‘ngeri’ untuk membaca bagian ini dimana digambarkan Kitab Suci Perjanjian Baru merupakan hasil seleksi naskah ketimbang kerja Roh Kudus.
Ketika Perjanjian Baru disusun segala hal yang menentangnya, seperti Alkitab ‘Rahasia’ Markus, dipotong sesuai kepentingan mereka. Begitu banyak yang sudah dipotong, sehingga tercipta beberapa kekosongan.
Tidak hanya soal memotong dan memilah-milah dan yang menyebabkan beberapa kekosongan, Holy Grail mencatat soal konsekunsi dari kehilangan naskah tersebut...Di dalam kekosongan itu spekulasi menjadi penting.
Hal yang mengejutkan pada kalimat selanjutnya, …Jika Yesus adalah penuntut sah tahta, maka masuk akal ia didukung oleh sejumlah pengikutnya dan keluarga langsungnya dari Galilea, anggota masyarakat tertentu dari kaum bangsawan dan beberapa orang perwakilan yang ditempatkan secara strategis di Yudea dan ibu kota Yerusalem.
Yesus digambarkan sebagai tokoh yang mengumpulak pendukung-pendukungnya sama seperti tokoh politik dengan catatan berorientasi pada agama. Pada saat itu seruan Yesus hampir sama dengan doktrin-doktrin kaum Farisi, maka ajaran Yesus bagi kaum Farisi tidak mengejutkan.
Digambarkan Yesus merupakan tokoh yang kharismatik dan berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana, lugas dan cepat ditangkap pengikutnya. Pesan Yesus menawarkan harapan pada kaum yang tertindas, miskin dan papa adalah pesan politik modrn. Seruan Yesus itu bersifat politis dan etis.
Maka kehadiran Yesus sebagai rival bagi tuhan-tuhan dan dewa-dewa yang sudah mengakar dalam kepercayaan masyarakat sekitar seperti Mesir, Suriah dan Funisia.
Jika Yesus ingin bertahan di dunia Romawi kala itu, ia harus terpaksa menjadi dewa baru yang sepenuhnya, bukan seorang Messiah Kuno, Bukan seorang Raja-Pendeta, tetapi reinkarnasi Tuhan..
Holy Grail menilai Kisah Yesus sebagai Tuhan merupakan efek dari rivalitas ini. Maka Kebangkitan Kristus yang menjadi hal yang penting merupakan manipulasi dan adopsi pada ajaran-ajaran sebelumnya. Kebangkitan Kristus merupakan upaya menggantikan atau menempatkannya setaraf dengan Tammuz, Adonis, Attis, Osiris, dan semua dewa yang mati.
Kisah ini begitu apik jika sungguh-sungguh dilangkahi dari bab per bab tanpa meninggal sedikitpun sehingga mendapatkan gambaran yang utuh. Buku ini seperti sebuah gudang yang berisi konspirasi yang besar menyangkut kehidupan Kristus.
Tidak tanggung-tanggung, buku ini telah meliwati riset bertahun-tahun mulai dari 1976 sampai 1981. Karya Fiksi terbesar ini diterbitkan pada 1982, dan sering menjadi Alkitab bagi pribadi atau komunitas yang membenci Kekristenan.
Pembaca akan disuguhi brbagai fakta sejarah dan juga terlempar dalam perjalanan berabad-abad lamanya. Kekuatan buku ini terletak pada teka teki sejarah dengan melibatkan ordo Ksatria Templar, Kode-kode rahasia yang membuat pembaca penasaran terus menerus.
Bermula dari seorang pendeta Prancis yang hidup pada abad kesembilan belas. Ia mendapatkan keberuntungan setelah menemukan sesuatu di desanya di kaki gunung Pyrenees. Dari penemuan tersbut yang mendapatkan kekayaan sejumlah jutaan poundsterling.
Kisah itu berlanjut dan terus mengalir menjadi kisah detektif menju pada harta karun Yesus. Konspirasi mencari sebuah pencarian Grail modern melalui perkamen bertuliskan kode-kode yang tidak jelas, perkumpulan-perkumpulan rahasia, Ksatria Templar, kaum Kathari yang bid’ah di abad dua belas dan tiga belas, dan sebuah dinasti raja-raja Prancis yang tak jelas yang berhenti berkuasa lebih dari 1300 tahun yang lalu.
Rahasia kemudian disingkap bukan hanya soal sejarah tapi skandal ke politik kontemporer dan seluruh bangunan besar keyakinan Kristen. Dari cawan sederhana itu menyingkap kerumitan sejarah pembentukan peradaban Barat.
Teka-teki tersebut meluas hingga masa kini, melibatkan orang-orang seperti de Gaulle dan Malraux. Juga membuat sebuah cahaya baru yang mengagumkan pada peristiwa-peristiwa seperti Renaissance (Abad Pencerahan) dan Perang Salib. Yang paling mencengangkan adalah yang berhubungan dengan asal-usul Kekristenan dan jati diri Yesus.
Dikatakan, di desa ini yang diungkap dalam teka-teki itu, terdapat komunitas rahasia yang adalah keturunan Yesus yang tidak menyingkap dimanapun. Dikisahkan Yesus kemungkian tidak mati disalib, lalu menikah, dan memiliki anak. Keturunannya tinggal di Prancis.
Gereja dituduh menutup rapat keberadaan keluarga Yesus ini. Setelah pertemuan dengan Maria Magdalena, Yesus memutuskan untuk menikah dengannya. Yesus memiliki keturunan dari hubungan tersebut.
Setelah itu mereka memiliki keturunan, anak Yesus bermigrasi ke Gaul, yang sekarang dikenal dengan Perancis, dan mendirikan dinasti Merovingian.
Bagi penulis, membaca ini menuntut kehausan pengetahuan dan juga alaram bagi kebodohan yang menyesatkan. Maksudnya adalah buku ini menuntut pembaca masuk ke perpustakaan untuk membandingkan dengan karya-karya lain bahkan tanpa terbatas. Selain saja memperkaya khasana pengetahuan pembaca tetapi juga mempertajam persoalan-persoalan yang terpercik di dalamnya. Dengan demikian jangan sampai terjebak pada kehausan sementara yang seolah-olah karya fiksi Holy Grail merupakan satu-satunya kebenaran.