Film Bumi Manusia, Kisah Cinta dan Perjuangan di Zaman Kolonial


Eastjourneymagz.com–“Saya ingin menjadi manusia Bebas Bu, Tidak di Perintah, tidak juga memerintah bu,” kata-kata itu diungkapkan oleh Minke saat
tersungkur di kaki ibunya.

Kata itu memiliki nada pemberontakan yang tentu saja ditujukan kepada kolonialisme yang bertindak sewenang-wenang kala itu. Tokoh Minke adalah tokoh dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dan diangkat dalam film adaptasi dengan judul yang sama oleh sutradara Hanung Bramantyo.

Film ini sungguh emosional menunjukkan cinta sejati antara Minke dan Annelies. Minke adalah seorang Pribumi, Jawa. Sementara itu Annelies adalah gadis Indo Belanda putri seorang nyai. 

Minke harus memperjuangkan cintanya sebab ia adalah pria berdarah ningrat. Ayah Minke yang baru saja diangkat seorang Bupati tentu saja tidak menginginkan darah ningrat di dalam putranya itu dinodai oleh Annelies.

Sebagai anak seorang Nyai yang tentu saja pada zaman itu dianggap sangat rendah bahkan seperti binatang. Hubungan keduanya dihalangi oleh strata sosial ciptaan kolonial zaman itu.

Ayahnya jelas tidak setuju hubungan terlarang itu. Ayahnya merasa terhina ketika putranya itu jatuh hati kepada anak seorang Nyai.

Sebaliknya Minke secara pribadi tidak hanya mencintai Annellies tapi juga mengagumi Nyai Ontosoroh dari pemikiran-pemikirannya. Nyai memiliki pemikiran yang revolusioner dan memilikiperjuangan untuk melawan hegemoni bangsa kolonial.

Bagi Minke Nyai yang dianggap rendah itu adalah cermin modernitas yang kala itu sedang tumbuh. Bahkan saat hukum Belanda ingin memisahkan Minke dan Annellies, Nyai Ontosoroh yang
paling depan untuk membela hubungan keduanya.

Bumi Manusia berlatar awal abad ke-19 dan abad ke-20. Pada zaman itu kolonialisme terjadi dan penindasan terhadap warga Hindia Belanda atau Indonesia. Melalui pergulatan toko Minke yang merupakan pantulan “manusia
Indonesia” di zaman kolonial.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Buku: Bumi Manusia, Sebuah Perlawanan dengan Pena
Next post Kualitas Udara Dunia Meningkat, Ada Apa?