Teman-Teman Pelaku Wisata Mari Saling Menguatkan di Tengah Gempuran Covid-19
Eastjourneymagz.com–Teman-teman pelaku wisata di tengah pandemi ini sudah menjadi rahasia umum dapur sektor wisata diobok-obok oleh Pandemi Covid-19. Ini adalah saat kondisi dimana sektor ini susah bernafas, hidup enggan mati tak mau alias mati suri.
Dilansir dari DW perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat, hingga April 2020, total kerugian industri pariwisata Indonesia mencapai Rp 85,7 trilun. Selain itu ribuan hotel dan restoran terpaksa tutup, begitu pula dengan sejumlah maskapai penerbangan dan tour operator yang ikut alami kerugian.
Baca Juga: Dengan Paket Snorkling Murah, Anda Bisa Nikmati Keindahan Gili Ketapang Probolinggo
Sementara itu Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) mencatat jumlah kunjungan wisatawan di seluruh dunia menurun 44 persen selama pandemi jika dibandingkan tahun lalu. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrasturktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hari Santosa Sungkari bahkan memprediksi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mentok di angka 4 juta orang.
Padahal sebelum Covid-19 sejumlah itu 18 juta wisatawan yang datang ke Indonesia. Saat pandemi berlangsung tahun ini sekitar 2,8-4 juta wisatawan. Angka ini turun hingga kehilangan belasan juta penggunjung.
Pada awal Juli lalu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, selama masa pandemi virus corona (Covid-19) terdapat 180.000 tenaga kerja di sektor pariwisata yang terdampak. Selain itu lebih dari 2.000 hotel mengalami perhentian operasional.
Patuhi Protokol
Membaca data-data tersebut memang mengenaskan dan menegangkan. Banyak pelaku wisata ini adalah masa-masa horor, bukan saja karena kehilangan pekerjaan tapi juga pandemi yang bisa mengancam siapa saja tanpa terkecuali.
Pemerintah bahkan telah membuat protokol kesehatan di sektor parekraf. Kebijakan tersebut diatur dan disahkan melalui KMK Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Kebijakan Normal Baru yang ditawarkan pemerintah untuk menstimulasi sektor wisata memberi kelegaan sedikit. Meski demikian hal itu tidaklah cukup karena animo masyarakat belum terlalu nampak karena masih ketakutan dengan Covid-19 ini.
Dimana-mana di gerbang masuk di lokasi wisata ditempel stiker-stiker yang merujuk pada aspek menjaga kesehatan seperti jaga jarak, pakai masker, hindari kerumunan hingga cuci tangan menggunakan handsanitizer. Semua itu telah dilakukan untuk menggenjot sektor wisata ini.
Baca Juga: Walaupun Kamu Merantau Tetaplah Menjaga Adat dan Budayamu
Saling Mendukung
Siapapun tidak mampu menghentikan dengan cepat langkah Covid-19 ini. Akan tetapi sudah banyak orang yang kalah. Mereka yang di PHK, tempat kerja ditutup, restoran ditutup, hotel ditutup, loket tiket di lokasi wisata ditutup, semuanya serba di tutup.
Bahkan ada yang beralih profesi untuk tetap bertahan di tengah Covid-19 ini. Yang paling tranding itu seorang pilot yang terpaksa menjadi driver gojek untuk menghidupkan keluarga kecilnya. Ada yang banting stir dari pekerja kantoran menjadi koki untuk masakan rumahan yang bisa diorder melalui online.
Sungguh ini luar biasa. Teladan-teladan seperti ini membuat kita tidak usah cemas dan gelisah. Ini adalah harapan di tengah kesulitan ekonomi karena dihantam oleh virus yang datang dari Wuhan ini.
Selain protokol-protokol dari pemerintah alangkah baiknya secara kolektif untuk saling mendukung satu sama lain. Sekarang zamannya sudah canggih. Group-group wisata, tour, hotel, hingga mendaki gunung untuk kembali diramaikan dengan saling menguatkan.
Kita saling berteriak untuk mengungkapkan kegembiraan bahwa kita bisa melalui Covid-19 ini. Jangan saling menyalahkkan, tapi menggelorakan semangat untuk bahu membahu mengakiri pandemi Covid-19 ini.
Upaya saling menguatkan ini mengingatkan akan sebuah Video di Wuhan kala pertama kali kota itu diserang Covid-19. Orang-orang berada di dalam rumah, tertutup dan menjaga diri masing-masing.
Pada akhirnya, di tengah malam yang sunyi, mereka berteriak satu sama lain. Berteriak ke rumah yang satu dengan yang lain untuk saling menguatkan.
“Tambahkan Minyak!” teriak mereka.
Baca Juga: Salar de Uyuni di Bolivia, Dataran Garam Terbesar dan Terluas Dunia, Cermin Langit Raksasa
Seruan itu untuk mengungkapkan bakar terus semangat dan jangan menyerah bahwa kita (di kota Wuhan) memiliki harapan. Begitulah kisah saling menguatkan di kota Wuhan yang kita harus pelajari.
Kita harus berteriak kepada satu sama lain dengan ucapan yang saling menguatkan dan saling bersandar, bukan mengumpulkan ketakutan.