
100 Tahun Soeharto: Kisah Sang Jenderal yang Mendapat Gelar Bapak Pembangunan
Eastjourneymagz.com–Pada hari ini tepat 100 tahun atau satu abad mendiang HM Soeharto yang dikenal sebagai “Bapak Pembangunan”.
Ia lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Ia adalah presiden kedua Indonesia menggantikan Ir. Soekarno.
Terlepas dari kontroversialnya Soeharto yang dianggap sebagai presiden tangan besi dan juga yang paling korup, namun ia memiliki sejumlah prestasi.
Ia yang dikenal sebagai the smiling general, oleh negara Barat mampu membawa Indonesia dari ketertinggalan pembangunan.
Melalui Tap MPR No V 1983, Soeharto ditetapkan sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.
Hal itu memang karena kerja keras dari Soeharto yang dianggap tegas, cerdas dan sangat disiplin.
Namun gelar itu tidak mudah didapatkan, selain saja karena banyak orang yang tidak menyukai gelar tersebut diberikan kepadanya.
Sementara Soeharto sendiri merupakan seorang yang tidak suka disanjung dan dipuji.
Fakta menunjukkan terdapat begitu banyak kemajuan di tangan Soeharto. Pada tahun 1969, ia dianggap sebagai Presiden yang berhasil menjalankan roda pemerintahan yang baik.
Terdapat banyak kemajuan pada eranya yang dikenal orde baru (Orba). Ia berjasa besar di bidang pembangunan ekonomi dan pertanian.
Saat itu ia mampu menurunkan tingkat inflasi dari 650 persen menjadi 12 persen dalam beberapa tahun pertama kepemimpinannya.
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun (Replita 1-VI) merupakan yang paling terkenal di masa Soeharto.
Selain itu juga memperkenalkan Trilogi Pembangunan yang terdiri atas stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.
Bahkan Bank Dunia menilai Soeharto mampu menjadikan Indonesia sebagai negara kuat karena bisa bertahan di tengah kesulitan dan resesi yang menghempas seluruh dunia.

Ia mampu mempertahankan laju pertumbuhan PDB rata-rata 7,6 persen per tahun, bahkan pernah di atas 9 persen pada awal-awal kepemimpinannya.
Ia juga mampu menciptakan ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan-lahan petani di tanah air. Di masanya, bahkan Indonesia mampu mengekspor beras ke luar negeri.
Sementara itu, harga kebutuhan pokok sangat muda dijangkau oleh rakyat Indonesia.
Karena jasanya itu, di tengah penolakan dari beberapa pihak dan juga termasuk dirinya yang tidak mau disanjung-sanjung maka munculnya banyak desakan, melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
Mendapat penghargaan tersebut Soeharto mengungkapkan bahwa penghargaan itu adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat yang telah memilih pemimpin yang memiliki tekad membangun Indonesia.
“Penghargaan rakyat itu bagi saya adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat sendiri yang telah berhasil memilih seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tekad rakyat untuk membangun,” kata Soeharto saat menerima penghargaan itu.