Rumah Pengasingan Soekarno di Bengkulu, Terdapat Barang-Barang Peninggalannya, ada Speda Ontel
Eastjourneymagz.com—Berkisah tentang Sang Proklamator dan Presiden Pertama Indonesia, Ir.Soekarno memang tak ada habisnya. Dari banyak kisah tentang Soekarno, salah satu yang tidak bisa dilupakan adalah soal pengasingannya.
Belanda mengasingkannya di Ende, Flores pada 14 Januari 1934 hingga 1938, di sana ia menghabiskan waktu selama 5 tahun.
Selain itu Soekarno diasingkan di Bengkulu, mulai 1938 hingga 1942. Di bumi Raflesia itu, ia menghabiskan waktu hingga 4 tahun.
Ia diasingkan oleh Penjajah Belanda di rumah seorang warga sebagai tahanan politik. Belanda sepertinya tidak puas mengasingkan Soekarno di Ende, Flores.
Rumah Pengasingan Bengkulu/Foto Istimewa |
Sebab Soekarno dianggap sebagai sosok yang sangat berbahaya bagi pemerintahan Hindia Belanda kala itu.
Ia adalah seorang yang sangat cerdas, tegas, berani, aktif dalam organisasi politik, tergabung dalam Jong Java pada 1916 dan mendirikan Partai Nasional Indonesia tahun 1927.
Ia diasingkan di rumah seorang warga Tionghoa di jalan Sukarno Hatta Kelurahan Anggut Atas kecamatan Gading Cempaka.
Pemilik rumah itu adalah Lion Bwe Seng yang kesehariannya menghabiskan waktu berdagang.
Belanda sengaja membeli rumah dari pedagang Tionghoa tersebut sebagai tempat pengasingan Soekarno.
Di rumah yang penuh kenangan itu, Soekarno meninggalkan banyak peninggalan.
Bung Karno di halaman rumah pengasingan Bengkulu/Foto Kemendikbud |
Karena itu, rumah itu telah diresmikan menjadi museum. Beberapa barang-barang Soekarno yang ada di tempat ini diantaranya ranjang besi yang kala itu dipakai oleh Soekarno dan keluarganya, terdapat juga foto-foto Soekarno dan Keluarga di pajang di rumah itu.
Sewaktu di sana, Soekarno menggunakan sebuah Sepeda tua yang juga turut dipajang di rumah itu. Selain itu terdapat juga seragam grup tonil Monte Carlo yang dibentuk oleh Soekarno.
Sebagai seorang intelektual, ia suka membaca dan terbukti dengan keberadaan buku-bukunya di tempat ini. Akan tetapi buku-buku itu mayoritas berbahasa Belanda.