Eastjourneymagz.com—Sebagai pengantar saya hanya mau mengatakan bahwa tulisan ini hanyalah imajinasi penulis setelah membaca designboom.com dan archdaily.com. Kedua sumber ini menjelaskan tentang rumah jamur atau dikenal The Mushroom yang berada di hutan pinus di provinsi jiangxi Cina.
Saran: Rumah Adat Manggarai Memiliki Nilai Arsitektur yang Unik
Dengan judul artikel Atelier ZJJZ Berada Di Puncak Wisma ‘Jamur’ Dengan Atap Berbentuk Kerucut di Hutan Jiangxi Cina dan The Mushroom, Sebuah Rumah Kayu di Tengah Hutan/ZJJZ. Keduanya mengangkat tentang bagaimana arsitektur rumah itu sehingga memiliki daya tarik yang luar biasa.
Selain itu saya perlu mengungkapkan tulisan ini bukan mewakili keahlian saya sebagai seorang arsitektur karena memang saya bukan arsitek. Jadi ya bisa jadi ulasan ini sangat jauh dari dunia arsitek. Tulisan
ini murni dari intuisi penulis belaka yang kebetulan lahir dalam tradisi Manggarai dimana rumah adatnya berbentuk krucut yang sebagian orang merasa mirip jamur.
Bagaimana tidak ketika saya membaca dua artikel di atas dengan beberapa potong gambar disuguhkan di dalamnya, pikiran saya langsung tertuju ke rumah adat Manggarai. Secara kasat mata kedua bangunan ini baik rumah jamur di Tiongkok maupun Rumah adat Manggarai sama-sama memiliki atap yang kerucut. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat dalam gambar di artikel ini (lihat gambar 1).
Nah, itulah makanya tulisan ini adalah semacam sebuah cocokologi. Tentunya karena bukan lahir dari sebuah metodologi khusus dalam menilai rumah di Tiongkok ini tapi benar-benar sebuah spontanitas belaka.
The Mushroom Vs Mbaru Niang
Bila dilihat dari arsitektur kedua bangunan ini memiliki perbedaan yang sangat jauh. Sehingga ya, tulisan ini bisa dinilai terlalu memaksa. Tapi saya memulainya dengan hal yang kasat mata karena itulah yang membuat saya menuliskan artikel ini.
Saran: Lihat Keindahan yang Memukau Rumah Adat di Nusa Tenggara Timur
Tampilan luar saja yang mirip yakni dengan atap kerucut dengan ujung yang runcing. Lalu tampilan kolong bangunan yang menjadi kekhasan dimiliki kedua bangunan ini. Lantainya tidak langsung menyentuh tanah. Modelnya seperti rumah gadang yang butuh tangga.
Di bagian bawahnya adalah ruang kosong sehingga akan tampak tiang-tiang yang menjadi fondasi bangunan itu yang dibangun di beberapa sudut. Hanya saja The Mushroom dibangun dengan lantai seperti mangkuk yang melayang.
Kesamaan lingkaran pada tubuh kedua bangunan ini memang mirip. Rumah adat Manggarai berbentuk bulat begitu juga halnya The Mushroom yang tadi disebut seperti mangkuk yang terbuka itu.
Keberadaan kedua bangunan ini di tengah alam memiliki nilai yang unik. Apalagi ketika awan menaungi keduanya. The Mushroom berada di tengah rimbunan hutan pinus menggambarkan hubungan antara alam dan arsitektur.
“The Musrom terletak di hutan pinus. Dengan demikian penanganan hubungan antara alam dan arsitektur menjadi pendekatan esensial dari desain kami,” tulis penggagas ZJJZ Atelier.
Sementara Mbaru Niang menyatu dengan alam dan budaya Manggarai. Arsitek Yori Antar yang sudah merenovasi beberapa Mbaru Niang di Wae Rebo mengungkapkan pelestarian Wae Rebo sebagai living culture. Manurutnya Mbaru Niang Wae Rebo tidak hanya arsitektur, tapi kearifan lokalnya.
Sehingga dapat disimpulkan The Musrom dan Mbaru Niang dibangun dengan mempertimbangkan ikatan dengan alam sekitar. The Mushroom memiliki kompleksitas sebagai bangunan moderen meskipun sebagian besar
bahan-bahannya dari kayu.
Sementara Rumah adat Manggarai memiliki kompleksitas bangunan yang ditempa oleh tradisi Manggarai. Tapi kalau saya boleh menilai dari sisi kompleksitasnya Rumah Adat Manggarailah yang terlampau jauh kerumitannya.
Karena setiap jengkal bangunan rumah adat Manggarai memiliki makna. Bukan sekedar kayu yang ditambatkan begitu saja satu dengan yang lain. Akan tetapi memiliki nilai-nilainya masing-masing. Bahkan Yori menyebut rumah adat yang kaya akan kearifan lokal tersebut sebagai harta karun.
Seperti Siri Bongkong (Tiang tengah) Mbaru Gendang bukan sekadar tiang tetapi dinilai sebagai ibu. Sederhananya Ia adalah ibu dari semua tiang-tiang yang ada di rumah. Ini memiliki konsekuensi adat sehingga pantas dan layak setiap keputusan di dalam ruang adat selalu dimulai atau di bawa Siri Bongkok itu.
Tentu saja Siri Bongkok ini tidak ada dalam The Mushroom. Begitu juga kayu atau balok yang menyusun atap rumah adat Manggarai yang konon memberi gambaran tentang kebun atau lingko. Tambatan kayu atau balok yang menjadi penyanggah untuk atap berbentuk kerucut disusun membentuk jaring laba-laba. Jaring laba-laba inilah juga yang akan terbentuk di Lingko atau sistem kebun leluhur Manggarai.
Dilansir dari jlbi.iplbi.or.id Mbaru Niang dibagimenjadi beberapa bagian seperti Ngaung (kolong bangunan) merupakan tempatmemelihara ternak. Waselele berfungsi sebagai tempat tinggal, sedangkan wasemese yang terletak di atas waselele yang berfungsi sebagai ruang tempat penyimpanan hasil panen.
Di atas wasemese terdapat ruang lemparae berfungsi sebagai tempat penyimpanan benih tanaman (padi/jagung). Ruang yang terletak di atas lemparae disebut Sekang Kode yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda
pusaka/alat-alat upacara.
Ruang paling atas disebut ‘Ruang’ Koe merupakan ruang kosong yang bersifat sakral. Konsep ruang menunjukkan ketinggian ruang menjadi indikator nilai kesakralan ruang. Penamaan masing-masing ruang umumnya berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lainnya
The Mushroom adalah hunian moderen dengan bagian utama dari bangunan (lingkaran) adalah ruang kamar tamu, yang menampilkan jendela panorama yang membenamkan pengunjung ke alam sekitarnya.
Dikutip dari designboom.com, Loteng berfungsi sebagai area anak-anak, dihubungkan oleh tangga skala kecil, sedangkan atap berbentuk kerucut putih bersih dibulatkan di bagian atas, menciptakan rasa perluasan tak terbatas ke ruang.
Volume persegi panjang sederhana, yang dimasukkan ke dalam tubuh utama ‘jamur’, membungkus kamar mandi dan ruang penyimpanan. jendela horizontal dirancang di sebelah bak mandi, yang memastikan privasi dengan menghindari pemandangan dari jalur pejalan kaki sambil membawa alam ke dalam ruang.
Kesimpulan
The Mushroom dan Mbaru Niang pada dasarnya adalah dua bangunan yang sedikit memiliki kemiripan. Namun hal yang menjadi penting keduanya adalah bagaimana tawaran arsitek kedua bangunan ini yang mengedepankan penyatuan dengan alam.
Di tengah modernitas ini tantangan bagi para arsitektur adalah bagaimana membuat bangunan-bangunan yang ramah lingkungan. The Mushroom yang berada di Tiongkok ini adalah bentuk jawaban dari tantangan ini yang tentu saja berasal dari arsitek-arsitek negeri ini.
Bahkan saya sendiri sempat terkecoh bahwa The Mushroom adalah sedikitnya adalah intipan gambaran bangunan arsitek Mbaru Niang yang lebih moderen. Tentu saja hal ini bukan ajakan untuk menjadikan Mbaru Niang dibuat lebih modrn tetapi rumah-rumah moderen terinspirasi dari bangunan-bangunan yang kaya akan lokal genius ini.