Selain Cagar Budaya, Ini Beberapa Keunikan Gereja Kristus Raja Pagal
Gereja Pagal/ Foto Istimewa |
Eastjourneymagz.com—Lembah Pagal begitu dingin. Bila pagi tiba dari kejauhan kota kecil yang berada di kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur ini tampak diselimuti
kabut. Saat mentari mulai menyelinap di timur kota, perlahan kabut itu menghilang dan akan kembali di esok hari.
Di tengah kota kecil di persimpangan jalan Reo-Ruteng tersebut berdiri kokoh Gereja Kristus Raja Pagal. Merupakan Rumah Tuhan bagi warga setempat yang sebagian besar menganut agama Katolik Roma.
Baca Juga: Diaspora Maggarai Raya Menolak Tegas Hasil Studi AMDAL Rencana Pertambangan Batu Gamping di Matim
Di sini juga rumah bagi burung-burung Sparrow (burung Gereja) yang membangun sarang-sarangnya sejak gereja ini dibangun. Kawanan burung ini berkicau ria mengiringi kekhusukan setiap umat yang berdoa.
Gereja ini menyimpan banyak hal yang unik terutama dari sisi arsitektur yang konon merupakan perpaduan antara tradisi lokal dan tradisi Eropa. Berikut beberapa keunikan Gereja Kristus Raja Pagal.
Bangunan Cagar Budaya
Tampak Gereja Pagal dari Kejauhan/ Foto Leonardus Nyoman |
Bangunan ini merupakan warisan yang sangat bernilai tinggi. Gereja Paroki Kristus Raja merupakan warisan budaya benda berupa bangunan dengan nomor inventarisasi 3/16-08/STS/08. Tempat ini baru saja diinventarisasi oleh tim inventarisasi BPCB Bali pada Maret 2019 lalu.
Dibangun Secara Swadaya Masyarakat Setempat
Potret Gereja Pagal tempo dulu/ Foto Istimewa |
Bangunan ini mulai dikerjakan pada tahun 1939 secara swadaya oleh masyarakat setempat. Pengerjaanya dipimpin langsung oleh para pemimpin lokal yakni para Kraeng (gelar bangsawan) di Pagal. Dibangunnya Gereja ini setelah umat yang dibabtis menjadi katolik di daerah ini begitu banyak. Misionari SVD (Societas Verbi Divini) menjadi peletak dasar iman Katolik di daerah ini 19 tahun sebelumnya yakni pada tahun 1915. Selanjutnya Gereja ini diestafetkan pada misionaris Fransiskan atau Ordo Fraterum Minorum (OFM).
Baca Juga: Soal Tambang di Matim, WALHI NTT Menolak Dokumen ANDAL PT. Istindo Mitra Manggarai
Perpaduan Mbaru Niang dan Bangunan Eropa
Gereja (Kiri), Mbaru Niang (kanan) |
Sepintas melihat candi-candi Gereja Pagal sepertirumah adat Manggarai yakni Mabaru (rumah) Niang atau Mbaru (rumah) Gendang. Bentuk atap kerucut (Seperti Mbaru Niang) serta banyaknya menara pada bagian atap Gereja yang dilengkapi salib pada setiap atap kerucut tersebut. Ternyata para arsiteknya (belum ditelusuri) memadukan dua budaya atau inkulturasi dalam pembangunan Gereja ini yakni budaya Manggarai dan Eropa (corak kolonial).
Menara dan Lonceng Gereja
Menara Longceng Gereja Pagal/ Foto Kemendikbud |
Di samping Gerje terdapat sebuah menara dengan nomor inventarisasi 4/16-08/STR/25. Menara tersebut terdapat sebuah lonceng yang akan dibunyikan untuk kegiatan umat seperti misa pada hari Minggu dan harian. Setiap hari Jam-jam tertentu lonceng ini akan dibunyikan seperti Jam 06.00 Wita (pagi), 12.00 (Wita) hingga 18.00 (Wita) untuk mendaraskan Doa Malaikat Tuhan (bahasa Latin: Angelus Domini nuntiavit Mariae). Dentingan lonceng akan terdengar di seluruh lembah wilayah itu.
Baca Juga: Ini Deretan 6 Penyanyi Asal NTT yang Mengguncang Industri Musik Tanah Air
Paroki yang Konsentrasi dengan Pertanian dan Lingkungan Hidup
Pastor Andre Bisa OFM dihadapan umat memberkati sumber air di Kecamatan Cibal Barat, Mnggarai pada April 2019 lalu. |
Gereja Kristus Raja Pagal merupakan salah satu Paroki yang menjadi pusat pertanian dan pelestarian lingkungan hidup di Manggarai. Gereja ini diurus oleh para pengikut Fransiskus Assisi seorang Santo yang sangat lekat dengan merawat lingkungan dan menjadi sahabat semua makhluk ini. Di sini terdapat Ekopastoral yang menjadi pusat studi dan pemberdayaan bagi pertanian dan lingkungan hidup. Para Fransiskan di daerah ini menggagas dan mengkampanyekan pertanian yang ramah lingkungan dengan mengedepankan pertanian organik.
Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id,
JPIC OFM