Pengusaha Wisata Bali: Industri Pariwisata di Bali Praktis bisa disebut Mati
Wisata Alam Bali/Foto Spesial. |
Eastjourneymagz.com– Sejak masa pandemi, Bali menjadi salah satu daerah yang sektor wisatanya sangat terdampak. Setelah ditutupnya berbagai tempat wisata, hotel, tempat hiburan, hingga restoran banyak pelaku wisata yang mengalami kerugian.
Dilansir dari CNBC Indonesia Ketua Umum DPP Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali I Made Ramia Adnyana
menjelaskan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberi kontribusi bagi devisa negara. Ia juga mengakui bahwa karena pandemi sumbangan dari sektor wisata bisa hilang.
“Sumbangan devisa setahun untuk Indonesia dari pariwisata 19,7 miliar dolar. Anggap 40% dari Bali, itu kerugian kita. Kami rasa setahun ini sudah pasti hilang. 2020 ini benar hilang lho pendapatan kita. Jeblok,” kata dia dikutib dari CNBC Indonesia, Kamis (11/6).
Ia menambahkan beberapa bulan terakhir pariwisata di daerahnya praktis disebut mati. Hal tersebut dikarenakan tidak ada lagi aktivitas wisata di daerah ini.
“Selama tiga bulan terakhir, industri pariwisata di Bali praktis bisa disebut mati. Tidak banyak aktivitas sebagaimana mestinya di Pulau Dewata tersebut, utamanya kegiatan berkumpul dan berlibur,” kata dia.
Menurutnya dampak pandemi ini sangat dirasakan oleh sektor wisata terutama industri hotel dan turunannya. Di sisi lain para pengusaha wisata harus menanggung biaya operasional.
“Kami juga sudah banyak merumahkan pegawai,” kata dia.
“Umpama cost Rp 700 juta sampai kadang ada Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar cost-nya,” imbuh Ramia.
Oleh karena itu ia berharap agar pemerintah memberika n bantuan untum cashflow bagi pengusaha wisata di Bali. Hal itu kata dia karena banyak pengusaha Bali yang memiliki dana hanya hingga bulan Juni ini untuk bertahan hidup ke depannya.
“Anggap per hotel bintang 4 kurang lebih antara Rp 7,5 miliar hingga Rp 10 miliar selama 6 bulan ke depan hingga akhir tahun,” sebutnya.