Senja Kala Ema Pergi
Di tengah huma, di tepi tungku
Aku duduk bersimpuh
Mencium bau ladang
Menyepi di tanah mbate
Rindu ini kembali mengepul
Bara-bara api menjadi air mata
Aku mengutuki langit yang tak memberiku kabar
Mencemooh lautan yang memisahkan
Aku menjadi takut dan sekarat
Bulir-bulir hujan jatuh dan membakar tubuhku
Perlahan kabut menyentuh tanah
Dan sekelebat bayang ata pala sina
Ema! Itukah orang-orang yang menjemputmu kala itu
Membawamu pergi tanpa sepengetahuanku
Engkau hanya meninggalkan Mbere tanpa sepotong cerita
Begitulah engkau rebah di hari kekalahanmu
Aku memburumu di ufuk barat
Tempat akhir segala hari
Ingin mengecup keningmu
Mencium wangi rambut dan tubuhmu
Ema, aku ingin mengusap air matamu
Menuturkan kembali keping-keping cinta yang kau wariskan
Agar aku dapat kembali mengembara
Lalu membagikan cinta itu kepada setiap orang yang kutemui
(Untuk Ayahku, Hieronimus Hotam dan Tanta Eli di Surga sana)
Ema: Ayah dalam bahasa Manggarai, Flores, NTT
Tanah Mbate: Tanah Leluhur
Ata Pala Sina: Roh-roh
Mbere: Tas yang dijahit dari anyaman untuk menyimpan sirih, tembakau dan air saat berkebun.