Jelangkung Bukti Sejarah Hubungan Tiongkok dan Nusantara di Masa Silam


Ilustrasi Jelangkung/Foto CNN Indonesia

Eastjourneymagz.com Membahas soal Jelangkung membuat memori kita terlempar kembali pada sebuah film layar lebar tanah air pada tahun 2001 silam. Judulnya Jelangkung dan taglinenya ‘Datang tak dijemput, pulang tak diantar’.

Di dalam film tersebut mempertontonkan bagaimana permainan Jelangkung dilakukan. Media yang digunakan adalah sebuah gayung air yang terbuat dari tempurung kelapa yang didandani dengan menggunakan pakaian dan bergagang batang kayu.

Melalui kayu itulah sebagai mediasi untuk memanggil entitas supernatural dan berkomunikasi dengan makhluk halus. Para pemain akan memegang erat boneka jelangkung tersebut dan membaca mantera yang sudah di sediakan.
Baca Juga: Abraham Lincoln, Suara untuk Budak di Gettysburg 

Mantra tersebut bisa dibacakan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi ada yang menyarankan untuk menggunakan bahasa Jawa.

“Jelangkung..jelangkung, datanglah ke pestaku. Datang tak dijemput, pulang tak di antar.”

Sementara bahasa Jawanya adalah

“Hong Hiyang Ilaheng Hen Jagad Alusan Roh Gentayangan Ono’e Jelangkung Jaelengsat siro Wujud’e Ning kene Ono Bolon’e Siro Wangsul Angslupo Yen Siro Teko Gaib Wenehono Tondo Ing Golek Bubrah Hayo Enggalo Teko Pangundango Hayo Ndang Angslupo Ing Rupo Golek Wujud..Wujud..Wujud!”

Dalam mitos Jelangkung para pemain akan kena kesurupan karena para pemain pada akhir tanpa melepas atau berpamitan dengan makhluk halus yang masuk ke dalam boneka. Bila hal ini yang terjadi makhluk halus atau roh yang ada di dalamnya akan marah dan menyebabkan malapetaka bagi para pemainnya.

Permainan jelangkung ini pada dasarnya merupakan realita tradisi masyarakat Nusantara khususnya masyarakat Jawa. Akan tetapi pertanyaan yang perlu dilontarkan adalah apakah Jelangkung ini berasal dari tradisi Jawa?

Catatan sejarah menunjukan Jelangkung merupakah jejak hubungan antara Tiongkok dan Nusantara di masa silam. Ritual ini sebenarnya  ada di dalam tradisi Tionghoa dan telah punah. Dikisahkan dalam tradisi Tionghoa Jelangkung merupakan permainan tradisional anak-anak bersifat ritual saat festival rembulan.

Pemanggilan yang dilakukan adalah terhadap dewa yang dianggap sangat bersahabat, baik dan penjaga anak-anak. Ritual yang dituju adalaha kekuatan dewa “Poyang” dan “Moyang” yaitu Cay Lan Gong (“菜篮公”, “Dewa Keranjang”) dan Cay Lan Tse

Diduga nama Jelangkung diambil dari nama dewa Cay Lan Gong ini. Dalam ritual ini anak-anak akan memanggil dewa kesayangan mereka untuk masuk ke boneka keranjang yang tangannya dapat digerakan.
Baca Juga:Kisah Karya Sang Fotografer Kevin Carter yang Berakhir Tragis, Ia Bunuh Diri Setelah Karyanya Diterbitkan Majalah Time
Ritual yang dilakukan di Indonesia hampir mirip. Bedanya adalah di Indonesia menggunakan boneka tempurung kelapa yang didandani. Namun media alat tulis sama-sama digunakan baik permainan Cay Lan Gong maupun Jelangkung di Indonesia.

Di katakan dalam permainan Cay Lan Gong pada ujung tangan boneka tersebut diikat sebuah alat tulis, mengenakan pakaian seperti manusia, dikalungi kunci dan dihadapkan pada papan tulis tempat boneka itu akan menulis nantinya saat Dewa sudah merasuki.

Dupa akan dinyalakan dan boneka akan bergerak hingga terasa berat. Boneka itu akan ditanyai dan akan dijawab oleh sang Dewa yang sudah merasuki dengan menuliskan jawabannya di papan tulis.

Sementara Ritual Jelangkung di Indonesia media Gayung Tempurung yang didandani dengan pakaian manusia, dinyalain dupa dan perapian dan dibacakan mantera. Sebuah kertas disediakan  dan alat tulis.

Pertanyaan akan diberikan kepada boneka yang sudah dirasuki itu dan ia akan menjawab sama seperti permainan Cay Lan Gong. Dalam perkembangannya di Indonesia permainan ini bukan lagi dimainkan oleh anak-anak melainkan mereka yang ingin mencari informasi yang tidak halal.

Ada yang menggunakan untuk mencari rejeki, menyantet orang lain dan lawan bisnis atau rival usaha, sebagai pelaris, selain itu untuk menanyakan penyakit (Pengobatan tradisional) hingga untuk menanyakan angka togel. Begitulah uniknya masyarakat Indonesia.

Bacaan Pilihan


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Tradisi Impaling, Menusuk dan Melukai Diri dengan Jarum, Paku, Pisau hingga Duri
Next post (Update) Pasien positif Covid 19 Menjadi 8.882 Orang 743 Meninggal dan 1.107 Sembuh